Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh
Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan
Sering dengan kemajuan teknologi bahan, aerodinamika, engine, rangka dan lain-lain, menjadikan motor-motor yang berlomba dalam motogp semakin kencang. Respons manusia/rider semakin sulit mengimbangi kecepatan pengontrolan motor. Tenaga besar motor yang tidak terkontrol justru akan membuat lap time mejadi lebih lambat, bahkan bisa membahayakan pembalap.
Tenaga berlebihan tanpa kontrol yang mumpuni bisa mengakibatkan wheelie atau ban belakan spin. Jika pembalap merasakan hal tersebut, maka spontan pembalap akan mengurangi power motornya dengan menutup throttle (gas). Akibatnya performa motor turun, berada dibawah performa terbaiknya, konsekuensinya adalah laptime menjadi buruk.
Salah satu cara mengontrol motor agar tetap berada di puncak performanya adalah memberikan torsi yang tepat pada setiap kondisi. Baik pada saat start, stright, memasuki tikungan dan keluar dari tikungan. Tentu saja yang mampu mengatur seberapa besar torsi yang harus diberikan engine adalah ECU. Dan ecu akan buta akan keperluan tersebut jika tidak mendapatkan masukan dari torque sensor (sersor torsi).
Informasi tentang power dan torsi mesin tentu saja sudah terukur di atas mesin dyno. Akan tetapi di lintasan balap berbagai variabel tambahan menjadi penting untuk diperhatikan, baik yang berasal dari pembalap, aspal, disain lintasan, kondisi udara dan tentu saja kondisi motor (rpm, tekanan ban dan lain-lain). Jadi diperlukan informasi tambahan untuk dimsukkan ke ECU agar dapat mengontrol motor untuk mencapai performa optimal, salah satunya yang paling penting adalah informasi dari sensor torsi. Jadi info dari sensor torsi dapat digunakan untuk fine tuning map di ecu.
Biasanya sensor torsi terbentuk dari dua bagian, yaitu yang bergerak (rotor) dan yang diam (rotor). Sensor torsi paling mudah diletakkan paralel dengan gir depan. Untuk mengetahui seberapa besar torsi riil yang dihasilkan oleh engine, sebelum benar-benar tersalur ke ban belakang. Informasi torsi, rpm, gigi-percepatan akan dijadikan informasi inti, sedangkan kemiringan motor, slip ban belakang, wheelie ban depan akan dijadikan informasi tambahan.
Prinsip kerjanya adalah mengukur momen puntir, dengan cara meletakkan pada bagian yang akan bergerak “sedikit” jika terjadi puntiran tersebut. Pergerakan sedikit tersebut memberikan perubahan “nilai”. Nilai ini bisa berupa sudut, tegangan listrik atau hambatan listrik. Khusus untuk sensor torsi yang menggunakan strain gauge, kelurannya adalah perubahan nilai hambatan (R).
Posisi sensornya pada shaft
Bentuk sensornya
Rangkaian elektroniknya yang sangat sederhana
Kemasanya disesuaikan dengan dimana ia akan diletakkan.
Dari nilai-nilai variabel inilah dikatahui torsi riilnya, disimpan daalam data logger dan nantinya dikombinasikan dengan informasi lainnya serta masukan pembalap untuk men-setting ulang (remap) ECU. Dan pengumpulan data dilakukan saat latihan bebas, sampai fp-4. Sehingga datayang didapatkan mendekati kondisi saat balapan.
Mohon maaf jika ada salah dan kurangnya, semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wa rochmatuloohi wa barokatuh.
konon harganya bisa buat beli panigale v4R 2 biji
harganya konon bisa buat beli avanza 5 biji … ngerih