Nasib Sirkuit Mandalika Setelah MotoGP ?

motogokil.com – Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan.

Sirkuit mandalika yang baru saja mengadakan gelaran motogp seri ke-2 berhasil menarik perhatian masyarakat, baik lokal, nasional maupun internasional. Dan tentu saja ini sangat membanggakan dan menggembirakan bagi pengamat permotoran di tanah air seperti iwf ini. Apalagi diperkirakan dengan hadirnya pagelaran balap internasional seperti motopg dan dua gelaran lagi di bulan oktober dan november, akan memberikan dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di pulau lombok, khususnya di sekitar sirkuit mandalika.

Akan tetapi kelanggengan atau keberlanjutan sirkuit mandalika menghadapi banyak tantangan. Karena banyak juga ahli ekonomi yang sudah mengkalkulasi bahwa proyek yang khusus terkait dengan sirkuit mandalika adalah proyek rugi secara ekonomi. Meskipun secara lokal memberikan dampak yang menjanjikan, bagi pertumbuhan ekonomi.

Berikut analisisnya …

Analis Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah mengatakan :

“Potensi terbengkalainya itu sangat tinggi menurut saya karena itu jauh dari kota-kota besarnya, kemudian keberadaannya ada di pulau yang dari Bali juga relatif jauh. Itu harus dibuat event-event yang menarik terkait street race,”

Seperti halnya beberapa proyek besar yang telah dibangun oleh pemerintah saat ini banyak menuai kritik dari berbagai pengamat ekonomi. Mereka sering menyampaikan analisisnya murni secara ekonomi, bahwa proyek-proyek tersebut tidak menguntungkan secara ekonomi, baik bagi operatornya maupun dampaknya terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah sekitarnya. Begitu pula dengan pembangunan sirkuit mandalika ini yang menelan biaya cukup besar yaitu lebih dari 2,4 triliun rupiah.

Tentu saja harus fair juga bahwa pembangunan sirkuit mandalika, cukup memberikan angin segar bagi para pemilik hotel/penginapan, restauran, toko dan umkm di sekitar sirkuit. Tapi hal itu sangat terasa hanya ketika ada gelaran motogp atau semacamnya. Ketika tidak ada pentas di sirkuit mandalika, tentu saja kondisi akan kembali seperti sediakala, karena memang kebanyakan orang-orang tersebut datang untuk menonton motogp bukan yang lain.

Adalagi hasil perhitungan kasar yang dilakukan oleh tokoh politik Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. H. Ali bin Dachlan. Mantan Bupati Kabupaten Lombok Timur (Lotim) ini dalam keterangan tertulisnya, menilai keberadaan Sirkuit Mandalika yang akan dijadikan sebagai tempat perhelatan balap MotoGP tersebut sebagai proyek rugi. Ia mengatakan :

“Jika dilihat dari bisnis murni, pembangunan sirkuit Mandalika pasti rugi, sebab pendapatannya tidak sebanding dengan besarnya investasi modal. Jika seandainya, dalam setahun ada dua atau tiga kali pertandingan, itu berarti dari 365 hari hanya akan digunakan kurang dari 15 hari atau selama 350 hari tidak dipakai.

“Apalagi jika sebagian biayanya dari sindikasi bank, maka untuk membayar bunga bank saja diperkirakan tidak akan tercapai. Walaupun demikian, lanjut dia, masyarakat Lombok senang saja, karena semua biayanya ditanggung pemerintah pusat melalui Badan Usaha Milik Negara Kawasan Ekonomi Khusus (BUMN KEK).

Lho kok rugi ? Sekarang mari kita hitung secara kasar berapa uang yang masuk dari penjualan tiket motogp di sirkuit mandalika tahun 2022 ini. Jika semua tiket terjual untuk 3 hari maka, uang hasil penjualan tiket diperkirakan mencapai 146 miliar rupiah.

Dan biaya yang harus disetorkan per musimnya ke promotor MotoGP, Dorna, adalah sekitar 9 juta euro (sekitar Rp 143 miliar). Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia Persero/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Abdulbar M Mansyur, mengatakan, biaya Rp 143 miliar sudah termasuk lisensi, hak cipta, dan biaya penyelenggaraan.

Jadi dari uang masuk tiket dan keluar untuk bayar dorna hanya sisa sekitar 3 milyar rupiah saja. Padahal biaya operasional yang akan digunakan untuk lainnya masih banyak, misalnya untuk petugas kebersihan, petugas keamanan, dan petugas-petugas lainnya. Belum lagi bayar listrik ke PLN yang menyedian pelayanan berlapis untuk menjamin listrik tanpa kedip, entah berapa ratus juta yang harus dibayar untuk pagelaran selama 3 hari.

Lalu bagaimana dengan biaya perawatan selama 12 bulan (1 tahun), yang meliputi perawatan aset sirkuit seperti lintasan balap, paddock, pusat informasi, grandstad dan lain-lain ? Merawat vila kosong saja butuh beberapa juta perbulan, apalagi merawat sirkuit bandalika yang memiliki luas 1035 hektar, tentu saja jauh lebih mahal. Belum lagi untuk membayar petugas pengaman yang bertugas untuk menjaga dan mengamankan aset-aset yang ada, agar tidak dirusak tangan-tangan jail dan dicuri oleh maling bahkan rampok.

Memang ada pemasukan lainnya seperti sponsor dan lain-lain, akan tetapi mereka merupakan pelaku ekonomi murni. Jika penyelenggaraan motogp atau even-even lainnya tidak berdampak siginifikan terhadap penjualan produknya, tentunya mereka akan enggan untuk ikut berpartisipasi. Karena menurut perhitungan mereka jadi sponsor di even balap di sirkuit mandalika tidak untung bahkan mungkin rugi.

Belum lagi pihak manajemen sirkuit mandalika juga harus memikirkan membayar hutang beserta bunganya. Dari yang iwf baca bahwa dalam pembangunan sirkuit mandalika juga menggunakan pinjaman dari Bank BUMN anggota Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) yang memberikan fasilitas kredit sindikasi senilai Rp 550 miliar kepada PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, NTB, termasuk pembangunan jalan kawasan khusus (JKK) atau street circuit dan pembiayaan penyelenggaraan balap motor.

Jadi selain pengeluaran operasional, membayar dorna, ITDC juga harus membayar cicilan bank beserta bunganya, sangat berat jika hanya mengandalkan even internasional yang jumlahnya sangat sedikit, mungkin hanya 3 even pertahun. Yaitu motogp bulan maret, GT World Challenge Asia di bulan oktober dan World Super Bike (WSBK) di bulan november. Untuk motogp memang penggemar dan penontonnya cukup banyak, akan tetapi tidak dengan GT World Challenge Asia di bulan oktober dan World Super Bike, penontonnya jauh lebih sedikit karena kurang populer di kalangan penggemar otomotif tanah air.

Jadi jika ingin survive dan berkelanjutan, sirkuit mandalika harus bisa dimanfaatkan secara optimum dengan banyaknya even-even balap lokal, karena balap internasional masih kurang memadai jumlahnya. Sayangnya posisi sirkuit mandalika terlau jauh bagi mayoritas masyarakat penggemar balap nasional. Jadi mungkin saja balapan bisa diadakan di sirkuit mandalika, akan tetapi sepi penonton.

Para pembalap nasional dan timnya kemungkinan mayoritas dari pulau jawa dan pulau-pulau di luar pulau lombok, akan berpikir ulang ketika berencana ingin mengunakan sirkuit mandalika. Tentu saja yang mereka pikirkan adala biaya, yang dengan mudah bisa dikelompokkan pada :

  • Transportasi, yang meliputi transportasi :
    • Pembalap dan kru
    • Motor dan berbagai peralatan dan sparepart
  • Akomodasi
  • Konsumsi berupa makan untuk pembalap dan kru, serta bensin untuk motor.
  • Sewa sirkuit
  • Sewa fasilitas salain seperti pengamanan, dokter dan ambulan dan lain-lain

Begitu pula dengan penonton nasional, yang juga harus menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi pergi-pulang, penginapan, makan dan tiket nonton balapan.

Bagaimana dengan dunia balap di pulau lombok itu sendiri ? Sepertinya masih belum bisa memenuhi kebutuhan even-even yang harus dilaksanakan di sirkuit mandalika. Karena beberapa hal diantaranya :

  • Hasrat masyarakat di pulau lombok untuk mencintai olehraga balap motor belum signifikan, sehingga even balap masih kurang populer
  • Untuk membangun tim balap butuh biaya yang sangat besar
  • Mungkin sirkuit mandalika ini adalah satu-satunya sirkuit balap yang memenuhi standar keamanan untuk balapan. Sehingga adanya sirkuit mandalika ini baru merupakan permulaan dari bergulirnya nuansa balap motor yang sesungguhnya di pulau lombok.

Ada lagi tambahan informasi, bahwa aspal sirkuit akan lebih awet jika sering dilakukan even balap di atasnya. Sebaliknya jika jarang bahkan sangat jarang (bayangkan motogp bulan maret, GT World Challenge Asia bulan oktober, ada 7 bulan sirkuit kosong), maka aspal sirkuit akan kotor dan kemungkinan akan cepat rusak. Sehingga hal ini bisa meningkatkan biaya pemeliharaan dan perbaikan aspal lintasan sirkuit. Perlu diketahui bersama bahwa pengaspalan ulang sirkuit mandalika kemarin (sebelum even motogp 2022) menghabiskan biaya sekitar 90 milyar.

Jadi memang sangat berat bagi pengelola sirkuit mandalika untuk bertahan, apalagi di masa covid yang memang baru saja mulai mereda. Jika tidak disupport oleh pemerintah dalam masalah keuangan, maka penyelenggara sirkuit mandalika bakalan kolaps alias bangkrut. Dan beratnya lagi adalah, pemerintah sedang menghadapi permasalahan keuangan yang cukup berat akibat rencananya membangun IKN (ibu kota nusantara) yang membutuhkan dana lebih dari 400 triliun rupiah.

Harapan iwf sebagai pemerhati permotoran di Indonesia dan juga motogp adalah, semoga sirkuit mandalika tidak menjadi proyek mecusuar yang kemudian mangkrak seperti halnya beberapa proyek besar di tanah air. Sangat sayang karena dalam pembangunan sirkuit tersebut, ada triliunan uang rakyat dari apbn yang telah digelontorkan. Apalagi proyek ini masih akan terus dilanjutkan guna menyelesaikan beberapa proyek-proyek lain di sekitarnya.

Semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.

Be the first to comment

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan