Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh
Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan
Sudah ada beberapa superbike mengaplikasikan variable valve timing dengan berbagai teknologinya. Honda VFR700 dengan vtec, suzuki gsx r1000 dengan vvt mengandalkan gaya sentrifugal, bmw s1000rr dengan shiftcam, ducati multistrada dengan dvt dan kawasaki gtr1400 dengan vvt yang mirip dengan dvt. Katanya ramai-ramai penggunaan vvt (dengan berbagai macam teknologinya) untuk mensiasati agar emisinya bisa minimum dan memenuhi standar emisi euro4.
Tulisan dalam artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya, yang mana dijelaskan bahwa salah satu cara agar motor-motor besar termasuk superbike lolos euro4 adalah dengan mengaplikasika teknolgi vvt. Hanya saja hubungan antara vvt-performa-emisi gas buang purlu dijelaskan lebih detil, agar terlihat benang merah antara 3 komponen tersebut. Karena sebelumnya, aplikasi vvt untuk supersport dan superbike bisa dikatakan haram, karena sangat terkait dunia balap, yang memang tidak memerlukan vvt tersebut.
Sekarang mari kita bahas…
EMISI
Baik supersport (600 cc) dan superbike (1000 cc), selain dijual untuk digunakan sehari-hari (harian) juga dilombakan dalam ajang balap, baik nasional maupun internasional. Dalam penggunaan sehari-hari yang menjadi pertimbangan penting adalah gas emisi beracun (hc, nox dan co). Bahkan ada peraturan homologasi, yaitu sebelum ikut lomba harus memenuhi persyaratan sudah terjual dalam julah tertentu unit ke masayarakat.
Gas buang beracun yang keluar dari motor-motor ini menyebar dilingkungan hidup dan terhisap oleh orang lain yang justru tidak menggunakan motor tersebut. Sehingga konsentrasinya harus ibatasi dan dijaga tidak menimbulkan dampak negatif pada orang lain, itulah tujuan dari standarasi emisi euro. Karena jumlah motor semakin banyak dengan bertambahnya tahun, maka wajar jika aturan semakin ketat, dengan mensyaratkan kendaraan harus semakin minim emisinya.
PERFORMA
Sementara motor-motor supersport dan superbike sebagai motor balap (ssp aatau sbk) yang diutamakan adalah performanya. Masalah polusi suara, polusi udara karena emisi gas beracun bukan menjadi prioritas utama. Karena memang motor ini hanya berjalan di trek balap, dala sekup lingkungan yang sempit dan diadakan hanya pada waktu tertentu saja (sangat jarang).
VARIABLE VALVE TECHNOLOGY
Emisi dan performa sangat bertolak belakang. Jika ingin performanya bagus maka abaikan emisi. Sebaliknya jika ingin emisinya ramah lingkungan maka jangan harap performanya memuaskan. Karena motor supersport dan superbike berada pada 2 wilayah ini, maka keduanya harus terpenuhi.
Dulu…saat motor masih jarang, pohon masih banyak, polusi dari motor baik supersport maupun superbike tidak mejadi masalah. Karena konsentrasi yang kecil ditambah dengan rimbunnya pepohonan, menjadikan udara masih terasa segar untuk dihirup manusia. Sehingga motor supersport dan superbike hanya fokus pada performa (balap). Akan tetapi ketika kualitas udara semakin menurun, maka konsentrasi kandungan emisi sebuah motor menjadi sangat penting untuk dibatasi, tentunya dengan standar euro ini.
Untuk mendapatkan keduanya, yaitu performa memuaskan dan emisi gas beracun minim, maka diaplikasikan vvt. Mekanisme kerja vvt mampu memberikan keduanya dengan cara :
- Ketika rider ingin mendapatkan perfoma maksimum (ngebut) maka ia harus full throttle, alias buka gas penuh. Pada saat itu tentu saja putaran mesin sangat tinggi, untuk menjamin torsi di rpm tersebut maka overlap harus semakin besar. Dan vvt mulai bekerja (bergerak) untuk menyediakan overlap yang besar tersebut.
- Saat dalam kondisi biasa, seperti cold start, riding santai di jalan raya, maka vvt tidak bekerja. Dan camshaft dalam kondisi normal dengan overlap yang sangat sempit. Dan saat itu kondisi ruang bakar terjaga optimum baik kompresi maupun kualitas pembakarannya, sehingga emisi gar beracun hasil sampingan pembakaran (co, hc, nox) juga minim.
Teknologi variable valve timing berbagai macam, hal ini terkait dengan patent. Dan yang terbaru adalah honda juga ingin menambahkan fitur variable valve teknologi miliknya yaitu vtec pada motor sportnya. Tentu saja hal ini sangat berkaitan dengan pemenuhan standar emisi euro4 dan yang lebih tinggi lagi di pasar motor eropa. Karena eropa (juga amerika dan australia) pangsa pasar motor sport di kelas middle (supersport) dan superbike sangat luas, maka jika ingin berjualan di sana, ya harus mematuhi standar emisi di sana (euro). Barangkali inilah salah satu motivasi honda ingin menghadirkan motor sportnya dengan fitur vtec.
Jadi motor sport performa tinggi (supersport 600 cc dan superbike 1000 cc) dipasangi fitur vvt tidak ada kaitannya dengan performa. Akan tetapi lebih sebagai usaha memenuhi standar emisi di wilayah mana motor-motor tersebut akan dipasarkan. Dengan asusmsi motor akan lebih sering diguakan sehari-hari dengan putaran mesin rendah sampai menengah.
Dan vvt tidak ada hubungannya dengan balap, aplikasi fitur ini justru mubadzir dan merugikan. Karena bagian penggerak klep (valve) semakin kompleks dan semakin berat bobotnya, yang akan meningkatkan kemungkinan kegagalan kerja. Karena motor balap selalu bekerja pada puataran tinggi, maka akan lebih efisien jika profil camshaftnya fix dengan overlap yang lebar.
Mohon maaf jika ada salah dan kuranya, semoga bermanfaat wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.
jadi ada kemungkinan juga kalau r15 v3 menggunakan vva agar memenuhi euro 4 di eropa (r125) selain meningkatkan torsi di putaran bawah?
Jadi kalau mesin kecil spt R15, N max dll itu mengejar performa atau ramah lingkungan?
kayanya ngejar performa deh, tapi sekalian ramah lingkungan karena untuk mendapat performa tinggi pasti emisi meningkat. jadi dengan vva atau vvt emisi di rpm bawah bisa ditekan