Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh
Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan.
Tahun 2018 hampir ditutup, berbagai evaluasi pasti dilakukan oleh semuanya, baik seseorang secara individu maupun perusahan besar sebagai suatu sistem. Khusus buat persaingan antara dua pabrikan besar di tanah air (honda dan yamaha), sangat menarik untuk diamati sebagai sebuah persaingan dua raksasa dengan dua senjata yang berbeda. Yamaha sering malakukan terobosan dengan membuat segmen baru (blue ocean) sedangkan honda sering dan berhasil membuat blue ocean yang dibangun yamaha menjadi red ocean (segmen dengan persaingan sengit yang berdarah-darah).
Keberhasilan yamaha membangun blue ocean, segmen baru pasar sepeda motor tidak diraggukan lagi. Bahkan sempat leading di segmen tersebut, seperti segmen skutik dengan mio-nya dan segmen motor sport 150cc fi liquid cooled dengan vixion-nya. Kemudian dengan sporty scooter bongsor dengan nmax dan aerox-nya yang sampai saat ini masih belum tertandingi.
Akan tetapi honda juga berhasil melakukan triknya, merubah dan merebut blue ocean yang telah dibangun yamaha. Seperti yang dilakukannya, yaitu membanjiri pasar skutik dengan beat-vario, yang secara lambat laun namun pasti akhirnya menguasai segmen tersebut. Berikutnya honda juga menyerbu segmen sport fi liquid cooled dengan hadirnya cb150r-cbr150, yang sepertinya juga berhasil merebut segmen tersebut. Dan yang terahir di tahun 2018 ini honda mencoba untuk menyerbu segmen skuter bongsor dengan pcx-nya, nampaknya masih menunggu waktu untuk berhasil menguasainya.
Artikel ini termotivasi dari artikel yang ditulis oleh blogger kondang tmc kemarin. Dan semoga bisa menjadi pelengkap mengenai trik marketing dari dua kubu yang saling berlomba merebut pasar sepeda motor di tanah air. Dan menurut iwf, apa yang dilakukan honda mirip dengan pembalap yang memanfaatkan slipstream lawan yang melaju di depan (leading).
Dengan memanfaatkan slipstream, koefisien drag yang dirasakan honda akan lebih kecil. Otomatis dengan daya yang lebih kecil, dapat mengikuti sang leader (yamaha) dengan kecepatan yang sama yang berefek pada efisiensi bahan bakar. Dan ketika leader melambat (karena kurang inovativ), honda miningkatkan sedikit powernya untuk meng-overtake di suatu titik tertentu.
Dalam memanfaatkan slipstream harus dengan penuh perhitungan. Karena apabila gagal mendapatkan posisi yang tepat, bukan keuntungan yang didapat, akan tetapi malah kerusakan dan kegagalan. Masih ingat kisah meledaknya mesin valentino rossi, karena terlalu sering memanfaatkan slipstream lawan ?
Karena slipstream memiliki efek buruk yaitu :
- Menurunnya pendinginan oleh udara segar
- juga menyebabkan engine overrun
Kedua efek negativ ini, jika tidak diperhitungkan dapat menyebabkan kerusakan fatal dan kegagalan (zero point + engine loss).
Dan jika si follower tidak tepat menempatkan diri, maka bukan slipstream yang didapat, akan tetapi dirty air yang justru sangat merugikan.
Karena ia justru akan berada pada posisi dimana terjadi turbulensi maksimum dari sisa sang leader. Ia tidak akan mendapatkan keuntungan, justru yang ia dapatkan adalah kekacauan pengendalian yang menyebabkannya melambat (tidak akan mampu mengejar sang leader). Jika tidak hati-hati di posisi tersebut bukan hanya melambat, akan tetapi bisa terbang, overdrive atau crash di gravel.
Untuk sementara ini honda seakan berhasil memanfaatkan slipstream yamaha. Walaupun ada yang gagal tapi segmenya kecil seperti cs1 gagal menkudeta jupiter mx. Barangkali di segmen tersebut honda gagal medapatkan slipstream, tapi justru mendapatkan dirty air.
Mohon maaf jika ada salah dan kurangnya. Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.
Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan