Assalamu’alaikum wR wB
Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan
Sesungguhnya kasus pertentangan antara jargeon “Premium Ready” dan rasio kompresi (CR) yang tinggi juga pernah terjadi sebelumnya pada motor merek lainnya seperti bajaj p200ns (CR=11.1), yamaha yzf r25 (CR=11.6) dan kawasaki z250 SL (CR=11.). Sedangkan pada motor honda biasanya diletakkan di bawah 11, misalnya CS1 (CR=10.8) atau yang lebih tinggi lagi cb150r-cbr150r (CR=11). Dan yang terbaru adalah sonic150r-all new cb150r dengan CR=11.3. Sebahagian besar dinyatakan oleh pabriknya “Premium Ready”yang sepertinya tidak sesuai dengan kebutuhan ruang bakar dengan rasio kompresi setinggi itu.
Sebenernya jargon premium ready bukan hanya kepentingan pabrikan untuk “menjerat” konsumen. Akan tetapi merupakan hasil upaya pabrikan untuk memudahkan sang owner sepeda motor yang berlokasi di pedesaaan, yang mana mencari pertamax sangatlah sulit, apalagi pertamax+. Sehingga pabrikan melakukan beberapa modifikasi agar engine tetap aman saat menggunakan premium, tentunya dengan kompensasi performanya akan turun.
Sesungguhnya permasalahan ini bisa dijelaskan secara ringkas dan juga bisa dijelaskan secara detil. Secara detil pembahasannya bisa dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
- Rasio kompresi, compression ratio (CR)
- Rasio kompresi riil, dynamic compression ratio (CR dynamic)
- Rasio kompresi riil vs nilai oktan (octane number)
- Knocking dan penyebabnya.
Jadi jika dibahas secara detil, bahasan ini bisa menjadi 4 artikel kelas berat, yang akan membuat kepala pusing [Jika vote banyak yang menginginkannya, In Sya Allah akan ane bahas semampunya].
Akan tetapi masalah ini juga bisa dijelaskan secara sederhana. Diketahui secara umum bahwa semua spek yang mengindikasikan rasio kompresi di brosur bukanlah rasio kompresi yang sesungguhnya, akan tetapi hanya merupakan perbandingan antara Vd+Vc dan Vc. Seperti terlihat dalam gambar ini
Padahal akibat konstruksi beberapa part di engine stock nilai Vd kemungkina besar tidak akan mencapai 100% dari volume langkah piston. Sehingga amatlah tidak tepat jika CR yang tertera dibrosur dikomparasikan dengan kebutuhan oktan bahan bakar. Jika melihat tabulasi CR vs Octan number yang sesungguhnya, dengan kualitas bbm di SPBU Indonsia (ron 88 s/d 95), maka CR dari engine yang menggunakannya jauh lebih rendah dari pada yang tertera di brosur, perhatikan tabel ini
Artinya selama motor masih bisa minum premium (88), maka CR nya sekitar 8 s/d 9. Dan engine yang masih bisa minum minimal pertamax/+ maka CR nya sekitar 9 s/d 10. Jauh sekali kan dari yang ada di brosur ??
Lalu bagaimana mengetahui rasio kompresi yang sesungguhnya ? Ya diukur bro dengan menggunakan compression gauge
Jika indikator satuannya psi tinggal diperkirakan saja rasio kompresi dinamik nya dengan menggunakan tabel ini
Jadi bisa saja motor/mobil yang CR (brosur) tertulis 11:1, dan juga premium ready. Karena CR riil memang di-tune untuk bisa minum premium, yaitu diposisikan pada CR di bawah 9:1, dengan konsekuensi performanya jauh di bawah performa maksimumnya.
Itulah penjelasan singkat dan sederhana ala motogokil, semoga mencukupi.
Sudah cukup ??? Kalau kurang ya …harus dijabarkan dalam 4 artikel kelas berat selanjutnya.
Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wR wB.
mending oakai bbm sesuai dengan rasio saja biar maksimal dan aman….
https://jalanberkarisma.wordpress.com/2015/08/06/nih-aksesoris-resmi-new-sonic-150-r-biar-motornya-makin-cakep/
Nyimak ahhh
Honda Sonic 150 R Effect : Satria F 150 Jadi 17 Jutaan!!! – http://wp.me/p2XD22-2BV
Ya sebaiknya sih disesuaikan Rasio kompresi dgn Oktan BBM, semakin tinggi CR maka semakin tinggi pula oktannya.. Keuntungannya pun variable disamping oktan tinggi juga terdapat zat additive semacam cleanser di pertamax & pertamax plus.. Ya semacam metode pembakaran di mesin 2 T dgn oli sampingnya sbg pembilas.. Kalo lama2 dipakai premium ya kasihan ring pistonnya jg kalo dipaksa high-RPM meski performanya diturunkan.. IMHO CMIIW
baiknya sesuai CR, kalau kepaksa baru dah.. kaya di pelosok misalnya
http://kobayogas.com/2015/08/07/mengapa-euro-2-lebih-hemat-dari-euro-3-pada-mesin-all-new-honda-cb150r-dan-sonic-150/
test
Ane kopas dari kby.
Dengan kompresi setinggi 11,3:1 apakah mesin New CB150 (dan New Sonic 150) aman untuk menggunakan premium? Mengapa demikian?
Saat test di jalan (yang ada spy shotnya) saja diisi premium kok, itu untuk mengetahui sejauh apa pengaruhnya ke mesin, dan semuanya aman. Tidak perlu setting ulang ke bengkel jika ingin selalu menggunakan Ron lebih tinggi.. Karena ECU sudah dapat mendeteksi sedemikian rupa sehingga pengapian otomatis dapat menyesuaikan.
Tanggung kang penjelasannya..hehehe
Diwarungnya kiwil aripispot juragan fby malah mem BC tp maklum dia kan kerja di bengkel yamaha
ngga ngaca motornya ymha dengan kompresi 10,7:1 (jupi mx) 10,9:1 (xeon gt 125) juga dibilang aman make premium padahal harusnya pertamax plus apa ga pembodohan publik…
limiter sonic 10.500 , new cb150 11.000 dari video tmc. untuk soal new cb150 apa gak melebihi piston speed 21 m/s ya untuk stroke 57.9 ?
imho sih ngkin di bantu sama mekanisme DOHC nya kali ya.. jadi cukup membantu meringankan kinerja di kitiran rpm tinggi cmiiw
terima kasih om gokil.. nambah ilmu neh..!!!
Jadi aman ya om gokil……secara ini motor kelas menengah….beli juga banyak yang kredit 3 tahun…….klo hrs pertamax plus ya bolong kantong……
Monggo yang beli new cb dan sonic diisi premium aja….nggak akan pengaruh apa2 ke mesin…….mesin dijamin aman dan tetap juooss……
setelah lama menggunakan cs1 dengan kompresi 10.8:1, aman-aman saja menggunakan premium, tapi getaran mesin lebih terasa di stang
nah untuk sonic150 dengan kompresi 11.3:1, sepertinya ahm sudah tahu bahwa premium akan diganti dengan pertalite, sehingga (menurut ane) karena premium 88 akan dihapuskan, maka pertalite-lah yang nanti akan menjadi bahan bakar minimal sonic150.
Jadi kesimpulannya (sementara-menuunggu analisis lebih lanjut), sonic150 akan lebih bergetar jika menggunakan premium (dibandingkan cs1), saran ane lebih aman menggunakan pertalite atau pertamax
Masalahanya ane belum nyoba sih…jadi sementara itulah hasil terawangan sementara
Yg benar ya diukur tkanannya itu, pabrikanpun sama selalu dilakukan pengujian tkanan kompresi berapa BAR atau satuan psi, bukan prbandingan kompresinya. tiap bengkel resmi mestinya ada tuh barometer, dg dilakukan pengujian tekanan kompresi bisa dktahui kondisi dapur pacu msh optimal apa brmasalah, jd kbocoran kompresi dpt trdeteksi shg lbh mudah mnentukan batas servicenya (meski perbandingan kompresinya tetap tp kompresinya mnurun krn kbocoran, performa mnurun).
Penjelasan dosen sama sales pabrikan ya pasti beda lah. Bukan untuk ngeles tapi solusi. Bukankan itu sebenarnya keuntungan dari berpikir. Anyway tinggal pilih saja jalanmu. #jalanaspalnyasama duitnya tiap orang gak sama tiap waktu kan?
Well kalo kata blogger kondang ntuh sohc n dohc itu sama pdahal dulu doi yg sring bilang dohc ntuh superior……………….doi jg blg hondo overprice padahal you tahu honded mulai perubahan yg baik mlah dblang gimick so jk produk sudah usang plus ada yg lebih baik kenapa nggak?????
Kalau menurut ane, karakter utama dari engine adalah dari ukuran bore x stroke nya, sisanya ngikutin sebagai pendukung
Pak dosen tulung dong dibuatin artikel berapa sebenarnya kompresi riil cb/sonic 150. dulu di M+ ada ulasan yg menghitung kompresi setelah klep in/ex menutup rapat. hasilnya memang lebih kecil dari yg di brosur. di brosur tertulis misal 9,5:1 tapi setelah dihitung dengan metode tersebut tinggal 7:1. waktu itu narasumbernya pak dhe Ibnu sambodo.
In sya Allah bisa saja diprediksi, berdasarkan tabel powernya
nanti dech, pantengin terus di motogokil.com
Iya Pak dosen. biar semua tahu alasanya kenapa motor kompresi tinggi kok bisa minum premium. biasanya kan yg dijadikan patokan cuma yg di brosur.
Naaahh itu dia om,, kalo ada hitung2annya mungkin lebih enak, biar pada melek.. 😀
Akal akalan pabrikan… Premium bisa kok… Pabrikan tinggal nunggu piston jebol terus spare part pistonnya laris… Wkwkwksksk…
New Honda CB150R dan Sonic150R: http://wp.me/p1eQhG-1iU
Nah kan.. bahasa brosur dengan bahasa buku referensi kuliah berbeda 😀
Ya begitulah. yg di brosur ditulis apa adanya. di hitung dengan mengabaikan kapan klep menutup rapat. sama seperti 2 tak. kalo dihitung berdasarkan volume langkah akan didapati kompresi yg tinggi, biasanya ini metode perhitungan untuk motor 2 tak eropa. kalo motor 2 tak jepang dihitung saat piston menutup lubang buang makanya kompresinya kecil. rata2 7:1 ato ada yg dibawah itu.
kalo pingin awet mesin yah pake pertamax.. kalo berat d ongkos ya pilih premium. gitu aja kok repot pak dosen.. toh resiko juga tanggung penumpang kok.
TVS Tormax juga kompresinya 11,3:1 bro. Masih bisa minum premium tapi ngelitiknya itu loh, ga tahan. Klo tiba2 gaspol pasti langsung ngelitik dari rpm bawah sampe 6000 rpm. Wong pake pertamax aja masih kerasa ngelitiknya di gear 2-3 kok wkwkwk. Pake Pertamax Plus baru ilang total ngelitiknya, tapi harganya……..
Artinya,kalau mau powernya maksimal sesuai CR di brosur (11,3) sonic harus minum minimal pertamax ya???
BELI MOTOR BELASAN/PULUHAN JUTA SANGGUP. BELI PERTAMAX 9600 GAK SANGGUP.
OTAK GOBLOG ORANG INDONESIA DEMI GENGSI…
-_-“
jluebbbb
itu lah indonesia
DEMI GENGSI
mungkinkah,,,jadi ragu,,,
sebnarnya kalo dibilang aman ya gak juga,, lebih tepatnya pake istilah BISA.
AMAN itu relatif, misal contoh simpel aja buat ane tumpukan deposit timbal dari premium itu gak aman, buat temen ane biasa aja,, wong digas tetep jalan kok… 😀
bisa sih om pake kompresor gauge, tapi alat itu sering digunakan di bengkel hanya untuk mengukur tingkat kebocoran/pelemahan ring kompresi piston om.
Cara pertama, lebih baiknya di dial posisi piston saat klep in menutup + di hitung tinggi piston pake sigmat + buret isi ruang bakar, atau
Cara kedua perhitungan corat coret kertas buram (masih harus dapat data tinggi pin besar stang seher dan panjang fisik stang seher itu sendiri). CMIIW
kompresi dinamis lebih rendah dari kompresi statis. kompresi dinamis diukur sweep volume nya pada saat klep intake menutup penuh setelah titik mati bawah pada langkah kompresi. klep intake menutup, piston sudah naik dari TMB. jdi sweep volume sudah berkurang dari sweep volume (borexstroke) . Misalkan kompresi statis 10:1, kompresi dinamis 8.5:1. kompresi dinamis ditentukan pada derajat klep intake menutup setelah TMB, misalkan di 50 derajat setelah TMB.
kompresi dinamis tidak akan berubah, kecuali camshaft intake di rubah timingnya atau ganti camshaft.
Mengukur dengan gauge untuk melihat tekanan pada silinder (cylinder cranking pressure) pada saat mesin distater tanpa di kontak /ignition. misalkan utuk cek kompresi ring pistonnya.
cylinder pressure di pengaruhi angka valve timing dan rpm mesin. rpm makin tinggi, cylinder pressure makin bertambah, jga VE nya sesuai dg design peruntukan mesin itu. misalkan di 8500 rpm.
yg bagus dihitung kompresi dinamisnya sperti kata pak @abaydmz .
tpi kalau pakai premium, agak riskan supaya gak knocking. karena dipengaruhi dg beban. semakin bnyk beban yg dibawa motor itu, semakin tinggi kemungkinan ngelitiknya.
cara lain meminimalkan detonasi mungkin dg memundurkan (retard) ignition timing
point bro @HRS lebih dulu tuh om yg menuliskan fungsi compressor gauge
Pemilihan bbm dipengaruhi oleh :
1. Suhu campuran bahan bakar, semakin tinggi suhu campuran bahan bakar krn ada backpressure gas buang, maka akan menurunkan titik bakarnya.
2. Pertamax lbh sulit terbakar dibandingkan premium.
3. Timing pengapian, krn titik bakar bbm dipengaruhi suhu campuran bbm & silinder pressure, biasanya timming pengapian mengatur °pengapian dan lamanya pengapian. Jadi °pengapian lbh advance dan singkat bisa mengakali penggunaan bbm premium, tinggal liat aja posisi sensor,panjang pulser magnet dan atau jenis businya tipe R atau bukan.
Harus nya produsen menerangkan detilnya
Cr 8:1,8:5,9:1 sd 11:0, 11:3 powernya dapat berapa berikut torsinya.jgn menjual spek power dgn nilai dan cr tinggi yg seharusnya pakai oktan tinggi.kenyataan pakai premium power tdk mungkin seperti di brosur…
Kalau di mobil ada gejala knocking pengapian bisa dimajukan dan di mundurkan