Honda Hadirkan Bebek Super Premium CT125. Strategi yang Sulit Diterka Arahnya.

Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh
Semoga Allah senantiasa menyelamat kita semua dari berbagai wabah penyakit dan juga segala mara bahaya di manapun kita berada, aamiin.

Beberapa hari yang lalu honda merilis secara resmi, bahwa mereka akan memasukkan motor bebek off-road honda ct125 ke tanah air. Motor bebek ini adalah produksi global, yang sudah cukup lama mendunia. Varian motor bebek honda jenis trail ini bukan model baru, bahkan merupakan kelanjutan model yang sangat tua alias jadul, karena sudah ada pendahulunya caitu ca100t (c100t) di tahun 1961-1962 dengan kubikasi 50 cc (49 cc). Berikut ini penampakan mbahnya honda ct125 ini…

Karena memang tujuannya buat semi off-road tidak perlu kencang tapi torsinya harus besar (badak). Oleh karena itu dengan mesin yang cukup kecil, besarnya torsi ban belakang dilipatgandakan dengan gir belakang yang superbesar, layaknya motor untuk atraksi free-style. Sedangkan untuk ct125, karena kapasitanya sudah 3x lipat dari pendahulunya, untuk melibas medan berat, cukupa menggunakan gir layaknya motor standar dengan reduksi tentunya yang lebih ringan.

Bagi honda pengembangan motor ini bukan pula menggunakan basis motor yang benar-benar baru. Karena honda juga memproduksinya dalam bentuk lain yang sedikit berbeda. Yang mana salahsatunya memiliki aura motor trail yang lebih kental dari ct125, motor ini adalah honda xrm 125 dan yang mirip dengan kubikasi yang lebih kecil yaitu honda cross cub 110.

Jadi sepertinya honda ct125 merupakan varian lain dari kedua motor-motor di atas, sebagai alternatif ilihan bagi konsumen. Dan memang motor bebek varian trail seperti honda ct125 ini sangat fungsional untuk digunakan di banyak daerah di tanah air, layaknya honda win. Bahkan ct125 lebih fungsional karena menggunakan kopling otomatis layaknya motor bebek, dan pada bagian depan pengendara, ada daerah yang bisa digunakan untuk angkut-angkut barang dalam jumlah yang lumayan besar.

Akan tetapi jika dilihat harganya yang mencapai 75 juta rupiah (on the road dki jakarta), mahal ya …maklum impor cbu. Sepertinya motor honda ct125 bukan diperuntukkan untuk difungsikan sebagai alat angkut fungsional menggantikan peran honda win di daerah-daerah pelosok tanah air. Harga honda ct125 yang setara dengan cbr 250 rr, bukan hanya menjadikan motor ini menjadi bebek premium, akan tetapi menjadi super premium, dan bukan untuk konsumen biasa. Oleh karena itu motor ini hanya bisa dijumpai dan dibeli di dealer-dealer kelas wing dan big-wing.

Iwf menjadi bertanya-tanya, apa tujuan honda merilis dan berniat memasukkan motor bebek super premium ini. Karena pasar motor bebek murah saja sedang lesu, dan bertambah lesu dengan adanya pandemi covid-19 ini, tergerus dan tergusur oleh dominasi motor matik. Bahkan pangsa motor bebek saat ini (menurut iwf) mulai tersusul ole motor sport.

Jadi mengapa honda merilis varian motor yang nyata-nyata kurang laku di pasaran konvensional, dengan harga yang super premium  ?

Entahlah, mungkin honda ingin mencoba pasar dengan membuat trend baru, yaitu motor adventure versi bebek yang ringan dan praktis. Jika memdapatkan banyak tanggapan, kemungkinan honda akan memproduksinya secara lekal dengan harga yang sangat terjangkau. Menurut iwf harga yang pas untuk konsumen lokal adalah tetap dibawah 20 juta. Bahkan untuk kelas low-end, 110 cc tanpa disk-brake dan abs dan pengkabutan karburator cukup di bawah 15 juta saja.

Sebenarnya motor jenis bebek adventure/trail ini sudah pernah dibuat dan dijual oleh pabrikan lokal kanzen. Beberapa model diperkenalkan oleh kanzen, bahkan dengan beberapa nilai plus, salah satunya memiliki dua tangki bensin yang menjadikannya memiliki jangkauan yang jauh tanpa takut kehabisa bensin di jalan. Berikut ini penampakannya

Sayang tidak membawa nama pabrikan besar, akhirnya merana dalam pemasarannya. Tidak laku dan akhirnya tutup di usia yang masih sangat muda. Padahal ini buatana anak bangsa lho, kok ya nggak dilirik oleh bangsanya sendiri ?

Semoga beranfaat, wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.