Asslamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh
Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan
Sesuatu organisasi berupa perkumpulan orang-orang yang mempuanyai tujuan yang sama pastilah punya pemimpin (leader). Dan seorang leader menjadi kunci hidup-mati, berkembang-hancurnya organisasi tersebut. Leader yang kompeten dapat menyehatkan organisasi yang sakit lumpuh menjadi organisasi yang punya masa depan cerah. Sebaliknya leader yang nggak becus dapat menjadikan organisasi yang tadinya maju berkembang manjadi mundur bahkan hancur berantakan.
Sayangnya menjadi seorang leader atau bahkan memilih leader yang tepat tidaklah mudah. Banyak aspek yang harus diperhatikan terkait dengan kemampuannya dan kecocokan dengan apa yang dipimpinnya. Terkadang seorang leader dianggap bagus, tapi sayang tidak cocok di bagian tersebut. Atau sebaliknya cocok tapi tidak kompeten.
Banyak sekali teori mengenai bagaimana membangun leadership pada diri seseorang, baik yang terkait dengan organisasi, perusahaan juga negara. Sangking banyaknya teori tersebut orang yang mempelajarinya malah jadi bingung, cara mana yang paling efektif yang harus dipilih. Tapi bagi iwf membangun leadership (kalau memang mau) amatlah mudah (teorinya). Karena tahapannya sangat jelas dan bersumber pada referensi yang valid dan terbukti majur dalam sejarah, tinggal bagaimana melaksakannya.
Berikut ini tahapan membangun jiwa leadership (kepemimpinan) dalam diri seseorang (terutama bagi yang muslim) :
- ” Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya mengenai yang kalian pimpin”. Inilah konsep yang sangat mendasar yang mengandung beberapa konsekuensi, yaitu :
- Seseorang harus yakin bahwa dirinya adalah pemimpin, minimal menjadi pemimpin bagi dirnya sendiri. Yang memimpin perilakunya terhadap Tuhan nya dan terhadap lingkungan sekitarnya. Apalagi jika ia menjadi leader di suatu kumpulan orang-rang lain yang ada dibawah kepemimpinannya.
- Ada Tuhan yang mengawasi seluruh tindakannya, dan kelak di hari kiamat ia akan dimintai pertanggungan jawab atas semua tindakan dirinya, juga tindakan orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.
- ” Jagalah dirimu dan keluargamu dari (siksaan) api neraka”. Kalimat ini memberikan arahan bahwa seseorang pemimpin harus :
- Mampu menyadari adanya (mendeteksi) bahaya yang mengancam dirinya dan juga orang yang di bawah kepemimpinannya
- Mampu melakukan usaha penyelamatan untuk menghindari bahaya tersebut
- Mampu membawa dirinya ke dalam suasana yang lebih baik, yaitu keberhasilan, kegembiraan dan kebahagiaan (surga).
- Mempunyai visi yang benar dan mengetahui prioritas tindakan yang harus diambilnya. Contohnya adalah visi = terhindar dari neraka dan masuk surge, prioritas tindakan = semua amalan yang membawa ketaqwaan kepada Allah. Sisa kegiatan lainnya adalah turunan dari kegiatan priorotas tersebut.
- ” Jika urusan diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah datangnya kiamat”. Artinya :
- Orang yang diangkat sebagai leader di suatu posisi harus kompeten di posisi tersebut
- Harus mengetahui apa saja yang menjadi unsur kompetensi yang dibutuhkan di posisinya, sehingga komptensi seorang leader cocok dan dibutuhkan di posisi tsb
- Manyadari secara individu maupun kolektif, bahwa jika salah memilih leader, maka system akan rusak bahkan kiamat (hancur dan tidak dapar diperbaiki lagi).
Jadi jika disesuaikan dengan kriteria leader dalam suatu posisi di sebuah perusahaan, maka seseorang leader harus :
- Bertanggung jawab kepada Tuhan atas semua tindakannya dan tindakan orang-orang yang dipimpinnya. Sikap yang dapat dijadikan acuan seorang leader bertanggung jawab adalah :
- Berkata benar tidak berdusta, sesuai perkataan dengan perbuatan
- Amanah terhadap semua tugas dan fungsinya, tidak berkhianat
- Transparan, semua yang dilakukan oleh dirinya dan bawahannya jelas
- Mengayomi orang-orang yang dipimpinnya dan mengarahkan menuju kebaikan. Tindakan yang harus dilakukan adalah :
- Melindungi system dan semua yang ada di dalamnya (orang, alat, aturan2 dll) dari kesulitan, bahaya dan kerusakan
- Mengajak semua elemen untuk terus memperbaiki diri, yang tentu saja berujung pada perbaikan sistem
- Ahli di bidang yang didudukinya. Berarti seorang leader harus mampu :
- Menggambarkan visi ke depan dengan jelas kepada anak buahnya
- Menentukan langkah-langkah dalam mencapai kesuksesan mencapai visi tersebut
- Merumuskan aktifitas-aktifitas strategis, jangka pendek, menengah dan panjang dalam langkah-langkah tersebut.
- Menentukan/memilih siapa-siapa yang paling kompeten untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas tsb.
- Merinci semua yang dibutuhkan dalam menyukseskan aktifitas tersebut
- Mengevaluasi semua aktifitas dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk aktifitas di tahap selanjutnya.
Ada salah satu contoh sederhana yang baik dalam sejarah leadership Umar bin Khoththob rodliallohu ‘anhu. Saat ia menjadi leader ia sangat peka terhadap semua permasalahan bawahannya (umat). Ia ingin perut semua rakyatnya kenyang, dan ia akan menjadi orang terakhir yang merasa kenyang di negara tersebut. Bahkan ia sangat peduli akan keselamatan umatnya di akhirat, hal ini ditunjukkan pada Khalid bin walid rodlialloohu ‘anhu, saat ia khawatir Khalid menjadi sombong, karena ia tahu bahwa orang sombong tidak akan masuk surga.
Orang seperti ini (Umar) sangat disegani oleh kawan (bawahan) mapun lawan. Bahkan ia menjadi contoh ketegasan menentukan sikap benar dan salah, kedisiplinan menjaga aset negara, keadilan sosial terhadap rakyatnya dan berbagai contoh akhlaq istimewa lainnya. Sikap seperti ini dapat menimbulkan kepatuhan yang hakiki pada semua elemen dibawahnya, karena ada keselarasan antara semua ucapan dan tidakannya.
Ada juga contoh kehancuran sebuah negara besar akibat kelemahan seorang leader, yaitu kerajaan andalusia. Akibat kelemahannya andalusia hancur tak berbekas, sebahagian besar rakyatnya terbantai secara keji, sebahagian lagi terusir. Dan begitu pula dengan organisasi, perusahaan dan negara di jaman sekarang, jika leader nya lemah, maka sistem yang dipimpinnya akan rusak dan hancur.
Kelemahan seorang leader mungkin dapat dibaca dengan mudah melalui sesuatu yang ditampakkannya. Salah satunya adalah apa yang dia ucapkannya tidak sesuai dengan apa yang dia lakukan. Misalnya suatu saat ia menyampaikan suatu ajakan “ beri dan beri “. Akan tetapi di saat lain tindakannya menunjukkan sebaliknya “ jangan beri ”. Jika ia tidak mampu menselaraskan ucapan dan tindakannya, maka bagaimana mungkin ia mampu mempertanggungjawabkan tidakan lainnya yang lebih berat ? Alih-alih menjadi contoh bagi bawahannya, malah jadi candaan dan cibiran dengan ungkapan “pagi dele, sore tempe”.
Jadi jika poin 1 (bertanggung jawab) sudah tidak terpenuhi oleh seorang leader, maka jangan terlalu berharap ia akan mampu memenuhi poin lainnya (2 dan 3). Dan sistem harus peka akan hal ini, harus segera diambil tindakan agar tidak mengganggu stabilitas sistem. Bisa melakukan himbauan yang persuasif kepada leader tersebut untuk segera melakuakn perbaikan, atau tindakan-tindakan lainnya.
Pesan iwf adalah, kita semua adalah pemimpin (leader). Pemimpin bagi diri kita sendiri, keluarga, dan yang lebih besar lagi. Tuntutlah ilmu agar bisa menjadi pemimpin yang baik. Dengan ilmu dan pengetahuan tersebut, berusahalah untuk tidak berbuat salah sekecil apapun. Karena semua niat, perkataan dan tindakan memiliki konsekuensi di pengadilan tertinggi di akhirat kelak.
Mohon maaf jika ada salah dan kurangnya, semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.
Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan