Kegilaan Teknologi – Total Control – Hilangnya Kemanusiaan – Fir’aun Modern – Kehancuran Peradaban

Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh

Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan

Kecemasan terhadap perang dagang antara amerika serikat dan china merebak seiring dengan kemunculan dampak-dampak yang mulai tampil ke permukaan. Salah satu yang menjadi cikal bakal perang dagang ini adalah perebutan pengembangan teknologi telekomunikasi 5G. Dan para ahli sudah bisa memprediksi bahwa teknologi ini akan mampu merubah peradaban, ekonomi,  geopolitik, militer dan lain-lain.

Dampak teknologi telekomunikasi 5G sudah begitu dahsyatnya, sampai menyeret 2 negara adi daya berseteru. Dan sepertinya akan mulai mempengaruhi negara-negara blok barat dan timur masuk dalam kancah pertempuran dagang ini, seiring dengan dukungan rusia terhadap pengembangan teknologi 5G china.

Lalu bagaimana dengan teknologi 6G yang memiliki performa 1000x lipat 5G, yang juga sudah mulai terasa gaungnya ???

Sebagai orang elektro telekomunikasi multimedia, iwf punya banyak visi mengenai kelanjutan dampak dari pengembangan teknologi telekomukasi 6G bahkan sampai xxxG. Teknologi 5G memungkinkan seseorang mampu mengontrol beberapa alat sekaligus hanya dengan menggunakan sebuah smartphone [artikel]. Dengan kecepatan data yang mencapai 2 Gbps ia akan mampu mengontrol banyak hal, seperti :

  • Semua perangkat baik sensor maupun aktuator di rumah. Sanggup menghidup-matikan semua peralatan yang ada di rumah dari jarak jauh.
  • Mampu mengetahui, menggerakkan mobil autonomous untuk menuju kemanapun
  • Meampu mengontrol beberapa peralatan di pabrik dll

Dan ketika manusia memasuki teknologi 6G dengan kecepatan 20 Tbps, bisa jadi ia mampu mengontrol apapun yang diinginkannya dengan smartphone yang ada di tangannya. Dan kita tahu bahwa teknologi ini akan terus berkembang menjadi lebih tinggi lagi. Sekarang mari kita bayangkan jika seseorang sudah memiliki kemampuan sedemikian rupa, bagaimana dengan pemerintah ? Tentu saja akan lebih dahsyat lagi kemampuannya karena didukung oleh kebijakan, otorisasi, sumberdaya dan lain-lain.

Dan di suatu saat kita akan memasuki era kegilaan teknologi, di mana teknologi dengan kemampuannya akan “diusahakan” untuk mengontrol apapun yang diinginkan untuk dikontrol. Awalnya akan diterapkan di industri untuk efisiensi, di mana semua pekerja (mungkin hanya sedikit karena sebahagian besar sudah dilakukan oleh robot) akan mendapat kontrol mutlak selama di pabrik. Sehingga semua aktifitasnya akan ada reward dan punishment berupa poin (kum) yang nanti akan dikonversi menjadi gaji.

Kemudian berlanjut ke militer, di mana semua prajurit saat itu sudah mirip dengan serdadu unisol (universal soldier) yang ada di film hollywood. Semua serdadu sudah seperti malaikat, jika diperintah A maka akan mengerjakan A tanpa kompromi. Karena semua identifikasi gerakan dan aktifitas serdadu terkontrol oleh perangkat dengan teknologi 6G (atau yang lebih tinggi). Komandan bisa langsung memerintahkan setiap serdadu dan akan direspon (dilaksanakan) dengan sangat cepat.

Kemudian kegilaan teknologi berlanjut, ketika pemerintah ingin mengontrol semua rakyatnya beserta segala aspek kehidupannya. Seperti yang terjadi di china, pemerintah di sana menempatkan puluhan juta kamera digital dengan kemampuan identifikasi wajah yang canggih. Kedepannya (bisa saja) pemerintah memasang chip (semacam rfid atau lebih canggih lagi) di tubuh rakyatnya untuk mengetahui seluruh aktifitas yang dilakukan 24 jam.

Lebih gila lagi, selanjutnya pada tubuh seluruh rakyat alat monitor untuk mencatat amal baik dan buruk rakyat. Yang mana data logger akan mengakumulasi semua data tersebut menjadi reward dan punishment. Yang gawat adalah ketika pemerintah meng-implant-kan pada bagian kepala rakyat sebuah bom mikro. Bom ini akan meledak dengan sendirinya jika rakyat sudah melakukan banyak pelanggaran sampai melewati batas, atau mendapatkan instruksi dari sang administrator dan….boom ….mati.

Selama pemerintahan baik semuanya akan baik-baik saja. Alat-alat tersebut bisa dinonaktifkan atau tingkat penetrasinya diatur dengan kebijakan-kebijakan yang mengedepankan kemanusian. Akan tetapi ada saja manusia yang tidak akan pernah puas, ia akan mencoba menguasai apapun yang sanggup ia kuasai. Maka ketika orang seperti ini memimpin, jadilah ia fir’aun di zaman modern. Ia akan bertindak sebagai tuhan, karena mampu mengontrol seluruh rakyatnya.

Fir’aun ini akan mengaktifkan total kontrol pada seluruh manusia dan apapun yang dikuasainya. Jika ada yang melawan ia tinggal pencet tombol, yang orang yang sudah teridentifikasi tersebut akan mati karena bom mikro di kepalanya meledak. Jika ada yang berhasil lolos (selalu saja ada celah kelemahan sebagus apapun sistemnya), maka ia akan kirimkan unisol atau drone pembunuh [artikel].

Apakah kegilaan teknologi total control ini akan terus berlanjut ?  Ya tentu saja tidak, suatu saat akan mencapai klimaksnya dan memasuki masa keruntuhan. Seperti halnya fir’aun di zaman mesir kuno, ia dan serdadunya dihancurkan Allah setelah menolak ajakan Nabi Musa ‘alaihissalam untuk kembali ke jalan yang benar. Maka pemerintahan seperti ini juga akan memasuki masa kehancurannya, karena setiap bangsa punya masa hidup sampai menuju ajalnya.

Selalu saja ada terang dan gelap. Begitu pula dengan fir’aun modern ini, pasti ada yang akan melawannya. Mereka adalah para pejuang kemanusiaan yang tidak ingin kemanusiaannya dirampas oleh teknologi yang dikangkangi oleh fir’aun ini. Dan dengan teknologi yang setara mereka akan mencoba terus menerus untuk menghacurkan teknologi “total control”, bahkan tidak mengapa jika harus menghacurkan semua teknologi yang ada (sama-sama hancur).

Dan jika perang besar benar terjadi, maka teknologi yang dibangun puluhan tahun bahkan berabad-abad lamanya akan hancur lebur. Manusia menciptakan kiamatnya sendiri. Dan manusia kaget berada dalam masa kegelapan setelah sebelumnya terang benderang. Setelah semua kontrol yang dipercayakan kepada mesin dan teknologi hancur, manusia berada pada masa tanpa aturan.

Bagaimana dengan manusia di Indonesia ? Sepertinya masih lama, karena memang kita masih dalam level konsumen. Lagi pula bagaimana mau mengaplikasikan IoT atau IoE untuk mendukung sistem kontrol total, lha wong masih banyak yang sukanya tanpa aturan (lihat saja di jalan raya). Kalau sistem ini dipaksa untuk diterapkan,  ya pasti akan terjadi huru-hara. Karena kita adalah bangsa petarung seperti bangsa saiyan di dragon ball. Berkaca pada sejarah perkembangan bangsa Indonesia mulai zaman kerajaan, penjajahan sampai kemerdekaan yang penuh dengan pertumpahan darah.

Semoga bermanfaat, mohon maaf jika adalah salah kata dan salah tulis,  wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh

 

 

2 Komentar

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan