Panitia Tidak Suka dengan Bautista+Ducati Panigale yang Terlalu Kencang. Bagaimana dengan Merquez dengan Honda RC213V ?

Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh

Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan

Dominasi alvaro bautista di atas ducati panigale di 6 race wsbk dan , membuat panitia ketar-ketir. Bagaimana tidak bautista seperti tidak tersentuh selama 6 race, bahkan gap yang ditorehkannya pun sangatlah besar, luar biasa. Sehingga capaian ini bisa menjadi acuan bahwa selama musim ini bautista+ducati panigale tidak ada yang mampu menandinginya, alias pasti juara dunia wsbk.

Tentu saja jika ada pembalap yang terlalu dominan bisa membuat gerah panitia. Karena hasil balapan (pemenangnya) akan dapat ditebak dengan mudah. Tidak ada lagi rasa penasaran di benak para penikmat wsbk, yang pada akhirnya akan membosankan untuk di tonton.

Karena salah satu tujuan utama dari wsbk ini adalah bisnis iklan, kalau yang nonton berkurang, berkurang pula dampaknya pada produk sponsor yang diiklankan (biasa terpampang di sekitar sirkuit, di baju pembalap juga di motor). Karcis masuk ke sirkuit dan sewa tv kabel yang terjual pun bisa berkurang karena rating tv-nya turun, otomatis panitia merugi.

Mungkin para sponsor tersebut protes dan diamini oleh panitia, karena mereka bersama merasakan kerugiannya. Akhirnya dilakukanlah “penyeimbangan” agar bautista dengan panigale-nya tidak terlalu dominan. Dan cara yang paling mudah adalah mengurangi putaran mesin ducati panigale dan meniakkan batas rpm motor lainnya. Informasi terbaru mengatakan putaran mesin ducati panigale batas atasnya diturunkan 250 rpm dan motor-motor lainnya naik 500 rpm.

Inti masalahnya adalah panitia terpaksa merubah regulasi di tengah berlangsungnya musim balapan, hanya sekedar menyeimbangkan kekuatan antar tim. Lalu bagaimana dengan motogp ?

Pada balapan kemarin di argentina, marc marquez unggul 12 detik di lap-lap akhir, meskipun sedikit melambat saat memasuki garis finis. Gap ini jauh lebih besar dibandingkan saat marquez juara di sirkuit yang sama tahun-tahun sebelumnya. Tapi sepertinya masih belum cukup untuk mengatakan marquez terlalu dominan, karena di qatar marquez kalah dari dovizioso.

Balapan motogp berikutnya adalah di sirkuit cota texas amerika. Di sirkuit ini marquez begitu digdaya, tidak pernah kalah. Bahkan ada ungkapan reporter motogp bahwa “balapan merem aja marquez bisa juara”. Memang ungkapan yang berlebihan, akan tetapi cukup untuk menggambarkan kekuatan marquez di sirkuit ini.

Tahun 2018 dan 2017, marquez menang di sirkuit cota dengan gap 3.5 detik dan 3 detik di depan posisi ke-2. Nah pada balapan minggu besok, di musim 2019 ini apakah gap yang akan diciptakan marquez akan semakin melebar, menyempit atau bahkan malah crash ? Pastinya jika gap semakin lebar, maka dominasi marquez di atas honda rc213v-nya harus diwaspadai oleh panitia layaknya dominasi bautista dengan ducati panigale-nya.

Padahal sebelumnya panitia motogp telah berusaha menyeimbangkan kekuatan antar tim dengan penetapan ban dan ecu seragam, juga pelarangan menggunakan komponen torductor. Akan tetapi kenyataannya ada saja yang tampil terlalu dominan. Entah apalagi yang akan dilakukan panitia motogp jika pada balapan ke-3 nanti di amerika, mm93 bersama honda rc213-nya tampil lebih dahsyat dibandingkan tahun sebelumnya. Mungkin akan juga dilakukan penyunatan rpm.

Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.

 

1 Komentar

  1. yg masalah ntu, RPM ducati d WSBK terlalu mencolok d banding dgn lawannya kang.. masa rpm14,xxx d suruh ngelawan rpm16,xxx dgn mesin V lagi?? coba andaikata apabila RCVs boleh ikutan. ntar juga bejaban sama ducati d WSBK

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan