Naik Kelas adalah Efek dari Orientasi dan Relativitas

cbr250rr 2016 27

Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh

Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan

Hasrat adalah tabiat dasar manusia, yang bisa membangkitkan tenaga baru dan bisa berdampak pada kebaikan juga keburukan. Jika terkontrol ia akan menghasilkan kebaikan, begitu pula sebalik jika tidak terkontrol bisa menimbulkan bencana. Dan itulah yang sering digambarkan oleh iklan sebuah merek ban “Power without control is nothing”.

Dan hasrat pula yang sering dipancing oleh pabrikan motor, agar konsumen terus-menerus tertarik untuk membeli motor baru. Nah hasrat ini mungkin banyak aspeknya, tergantung orientasi calon konsumen, ada yang beorientasi pada teknologi, power, fitur, style dan lain-lain. Maka motor baru akan membangkitkan hasrat konsumen dengan menonjolkan aspek-aspek tersebut pada produknya. Dan untuk rider seperti admin, hasrat baru bergolak jika aspek teknologi dan power terlihat luar biasa.

Dan hasrat akan terus tumbuh, jika aspek relativitas terus ingin “terasa positif”. Jika relativitasnya nol maka hasrat akan stagnan, dan jika relativitas negatif maka hasrat akan padam. Ruwet banget ya ungkapannya ? Mungkin gambar ini bisa mengungkapkan nya…

Mengenai hasrat, kita sudah sering merasakannya, terutama saat ada produk (motor) baru yang begitu menggoda. Sedang relativitas adalah seperti ini

relativity

Rider yang beorientasi power/topspeed biasa naik superbike, naik roller coaster terasa biasa saja, membosankan. Tidak akan memberikan hasrat untuk naik “mainan” itu kembali. Dan rider ini akan merasakan kebosanan dengan superbikenya, topspeed-nya lama-lama  terasa biasa saja, dan ingin lebih kencang lagi.

Kita mungkin sama, biasa naik bebek 100 cc, lama-lama bosen ingin lebih kencang, naik kelas bebek 125cc. Lama-lama motor terasa lemot, ingin lebih kencang naik sport 150cc. Akhirnya sama saja, motor sport 150cc lama-lama terasa pelan, berhasrat naik kelas ke sport 250cc dan seterusnya. Kalau tidak bisa mengontrol hasrat ini, kesudahannya justru terbalik, akhirnya hasratlah yang mengontrol hidup. Dan ujung dari cita-citanya adalah tercapainya hasrat tersebut, yang ternyata masih juga bersifat relativ dan tiada ujung.

Lalu bagaimana mengontrol hasrat ??? Dan merubah orientasi ???? Insya Allah semua manusia yang dikaruniai akal pasti bisa melakukannya.

Lebih dan kurangnya mohon maaf. Semoga bermanfaat, di tengah kegalauan datangnya produk motor-motor baru yang katanya membuat “mbrodol dompet-e”. Wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.

8 Komentar

  1. Yg perlu diwaspadai adalah, terkadang hawa nafsu selalu berusaha mengorek2 sekecil apapun justifikasi, ditambah sedikit hembusan syaithon….seakan semua mjd mubah n gak jd soal….dan ketika eksekusi menemukan titik nyata, terbesit sesal yg hinggap pada pungkasnya.

  2. Relevan mana om? Untuk sekedar menyalurkan impian seorang biker, yang ngiler naik kelas dari 150, yang ingin merasakan deru mesin inline four, ambil 250twin batu yang diatas 50jeti yang gitu gitu aja? Atau ambil resiko beli second bodong, example, cbr400rr yang 25jeti dapet, inline 4 njerit 15.000rpm ++, suara gear drive apa entah itu, riding quality dewa disokong real allumunium deltabox twinspar, 40hp++, walaupun mungkin cuma bisa dinikmati buat night riding, sekedar keliling komplek, but i have a beast. Andai saja pajak progresif yang bikin gap 250 keatas gak semahal itu, mungkin kelas bawahnya juga gak terlalu se overprice itu, shame on you goverment.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.