Bro n sis saudara se-Islam dan se-Iman yang dirahmati Allah SWT. Barangkali kita pernah merenung dalam sedikit waktu di hidup kita, tentang apa yang kita alami sampai saat ini. Suka dan duka mewarnai kehidupan kita, dan ketika kita melihat kawan sejawat atau famili yang meninggal lebih dahulu, terhentaklah kita. Kapan giliran kita akan dipanggil, menghadap kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa.
Ketika kesadaran ini muncul, maka tergambarlah baik samar maupun jelas, tentang apa saja yang pernah kita lakukan. Mungkin ada banyak kebaikan di sana, tapi juga sangat mungkin banyak kejelekan yang kita lakukan. Bahkan jika amalan sholeh yang kita lakukan dianggap sebagai ketaatan dan wujud rasa syukur kepada Allah SWT, sungguh sangat jauh dari kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada kita selama ini. Perhatikan Firman Allah ini…
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18)
Atas nikmat yang banyak ini Allah SWT memerintahkan kita untuk berdzikir dan bersyukur kepada-Nya
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” [Al-Baqarah: 152]
Dan bentuk dzikir dan syukur yang paling afdhol adalah hanya beribadah kepada-Nya, karena memang kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT semata dan bukan untuk main-main (bercanda). Dan semua yang kita lakukan akan ada konsekuensinya harus dipertanggung jawabkan.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS. Al Qiyamah: 36).
Sungguh ketika kita menyadari ini semua, kadang kita galau dengan nasib kita di akhirat. Karena betapa banyak dari waktu kita, kita lupa kepada Allah SWT. Kita sering menyianyiakan nikmat Allah SWT bukan untuk beribadah, tetapi untuk sesuatu yang tidak berguna. Bahkan sering kita menggunakan nikmat Allah tersebut untuk berbuat maksiat, seperti :
- kaki tidak digunakan menuntut ilmu dan sholat berjamaah di masjid tapi justru digunakan ke tempat yang rawan maksiat seperti bioskop, pub, bar, diskotik, nongkrong di pinggir jalan dll
- mulut tidak digunakan untuk membaca Al Qur’an, berdakwah di jalan Allah atau berkata yang benar, tapi justru digunakan untuk bernyayi, berseda gurau, berdusta, melecehkan orang lain dan berkata-kata yang terkadang mengandung kefasikan dan kekufuran.
- dan masih banyak yang lainnya…silahkan introspeksi sendiri-sendiri (termasuk ane)
Bahkan pada saat romadlon yang mulia ini, bulan yang penuh keutamaan ini, kita masih saja lalai untuk memaksimalkan ibadah sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT. Padahal bulan romadlon ini memiliki banyak keutamaan, yaitu :
Ampunan dari Allah SWT
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759]
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)
Dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan”.[HR. Tirmidzi no. 682 dan Ibnu Majah no. 1642]
Dilipatgandakan ganjaran amal sholih
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Akan tetapi…….
Dengan keutamaan yang besar tersebut pun kita masih kurang peduli. Kita masih lalai dalam mengoptimalkan ibadah kita dalam 20 hari bulan romadlon yang telah kita lewati tanpa arti. Kita masih saja banyak melakukan perbuatan yang sia-sia, bahkan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, naudzubillah.
Jika kita sadari maka kita sudah tertinggal jukup jauh, amala sholih kita tertinggal sangat jauh dibandingkan umur/waktu yang kita lewati, sangat tidak sebanding. Akan tetapi Allah SWT masih tetap sayang kepada kita. Jika kita segera sadar, maka insya Allah kita masih bisa menyusul. Karena Allah SWT menyediakan malam Lailatul Qadar, yang jika kita beribadah di dalamnya, ganjarannya akan sebanding dengan amalan 1000 bulan.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3)
An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini sungguh keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa
Selain itu malam lailatul qadar juga memilki beberapa keutamaan lainnya, yaitu ;
- Malam diturunkannya Al Qur’an
- Malam yang penuh keberkahan dan ampuna
- Malam turunnya malaikat Jibril AS
- Malam penuh keselamatan dan masih banyak keutamaan lainnya
Oleh karena itu di 10 hari terakhir di bulan romadlon kali ini, janganlah sampai terlewat. Mari kita optimalkan ibadah kita di malam hari dan berpuasa di siang hari. Beberapa amalan yang bisa kita lakukan untuk menggapai lailatul qadar adalah:
- Perbanyak shalat sunnah
- Perbanyak do’a: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni
- Perbanyak tilawah Al-Qur’an
- Perbanyak dzikir
Semoga kita dimudahkan meraih keutamaan Lailatul Qadar yang ibadah di dalamnya dapat dilipatgandakan hingga 1000 bulan ibadah. Aamin Yaa Mujibbas Saa-ilin.
Semuanya yang benar datang dari Allah SWT dan kesalahan datang dari diri penulis pribadi.
Podium
Alhamdulillah podium pertama
Aamiin