Ungkapan pada judul di atas mungkin pernah kita lihat dalam beberapa status teman kita, di medsos. Ada yang langsung “baper” dan merasakan bahwa hal tersebut benar, dan terjadi pada dirinya, sehingga ia bersemangat memperbaiki pemahaman agamanya. Ada pula yang tidak menganggap sama sekali, diacuhkan, dicuekin, bodo amat emangnya gue pikirin.
Perbedaan tanggapan tersebut sangat mungkin terjadi tergantung kapasitas keimanan masing-masing.
O.o.o.o gw muslim yang beriman !
Ok, kalau muslim tentunya bersyahadat dong, yaitu
Ok…sudah artinya ?
Ya tahu dong, tuh ada terjemahannya.
Sudah tahu makna dan konsekuensinya ?
Hah…apaan tuh ? Emang apaan makna dan konsekuensinya ?
Lha..disinilah pentingnya ilmu. Kalau makna dan konsekuensi dari rukun Islam yang pertama ini, kita tidak tahu, maka layaklah dinyatakan bahwa ilmu agama kita masih tevel tk, atau bahkan lebih rendah..masih level play group.
Maknanya adalah
Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal terse-but dan mengamalkannya.
dan
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau (Muhammad Rosululloh SAW) adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta’ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyari’atkan. [Sumber]
Setelah mengaku muslim, apa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir (hari pembalasan) ?
Ooo ya jelas dong, karena dunia ini ada karena diciptakan oleh Allah SWT, kalau hari pembalasan….(mulai kecut karena membayangkan neraka). Mbohlah (bodo ah) terserah Allah saja nanti. Yang penting sekarang dulu, bisa kerja yang halal, tidak merugikan orang lain, dll.
Kan katanya ilmu dunia dan akhirat harus seimbang ?
Terus terang sih, emang jarang (banget) ngaji. Fokus ke studi/kerjaan supaya bisa kerja, dapet penghasilan banyak, mudah-mudahan bisa jadi orang kaya, bisa naik haji, menghajikan orang tua, menyumbang panti asuhan, membangun masjid. Seimbang kan ?
Yakin lo, saat kerja tidak melanggar syariat Islam (mengerjakan yang haram) ? Yakin lo kalau sudah kaya mau haji, sedekah dan amal jariyah, biasanya semakin kaya semakin pelit ? Atau yakin lo masih idup sebelum semuanya terlaksana ?
Nggak juga sih, trus musti bagaimana ?
Ya kalau lo tadi bilang harus seimbang, bukan berarti sama, akan tetapi proporsional. Harus ada prioritas mana yang harus “lebih” untuk di perhatikan, mana yang kemudian. Jadi proporsinya harus seimbang sesuai dengan kadar akibatnya pada diri kita. Inilah proporsi kehidupan dunia dan akhirat
Kita (termasuk penulis) sering bepikir dan bertindaknya jungkir balik. Untuk mencari yang kecil, bahkan kecil sekali (dunia), kita mengorbankan pengorbanan yang sangat besar. Sebahagian waktu, tanaga, perhatian kita fokuskan untuk mengejar dunia. Sementara untuk akhirat kita, hanya sisa-sisa nya saja, bahkan sering tidak sempat kita lakukan. Dan inilah hakikat dari gambar judul di atas,
“Ilmu dunia sarjana tapi ilmu akhirat cuma tk”
Sebelum kita keburu mati, mari kita seimbangkan proporsinya. Dan jangan khawatir, jika kita belajar ilmu agama/akhirat dengan baik, maka dapat dipastikan kita dapat manfaatnya untuk memotivasi mendapatkan ilmu dunia. Karena di dalam Al Qur’an dan As Sunnah terdapat semua ilmu yang menjadikan amalan kita menjadi benar dan diterima oleh Allah SWT. Jadi tepatlah jika disabdakan oleh Rosululloh SAW dalam sebuah hadits :
Dan jika kita ingin mendapatkan kehidupan yang baik, maka ilmu agama/akhirat harus diutamakan. Seperti sabda Rosululloh SAW berikut ini
Dan marilah kita semua sadar, harus benar-benar sadar bahwa kita didunia ini layaknya musyafir yang sedang singgah di warung untuk sekedar minum, sebentar sekali.
Jadi tujuan kita adalah akhirat. Dan di akhirat tidak ada tempat lain selain surga dan neraka. Kalau jalan kita lurus sesuai dengan syari’at maka insya Alllah kita akan menuju surga. Tapi kalau melenceng, tersesat dan terjerumus serta belum sempat taubat sebelum mati, maka kita akan menempati tempat kita di neraka, naudzubillah.
Oleh karena itu, marilah kita semua jangan malas dan bosen untuk belajar agama. Karena jika tidak, maka kita dikhawatirkan akan melakukan beberapa hal yang menyebabkan kita merugi di akhirat kelak. Beberapa hal tersebut adalah :
- Jatuh ke dalam memusyrikan (musyrik), mensekutukan Allah SWT
- Beramal tapi tidak diterima oleh Allah SWT
- Secara sengaja/tidak sengaja menghapus amal sholeh yang telah dilakukan
- Jatuh kedalam dosa besar dan dosa kecil tanpa disadari
- Masuk dalam perangkap iblis, yang memperdayakan
- Melakukan tindakan yang sia-sia, tidak ada manfaatnya sama sekali
- Dan lain-lain
Jangan bilang tidak tahu ! Karena kita dikarunia akal untuk memahami itu semua. Khawatirkanlah nasib kita, nasib keluarga kita di akhirat kelak. Apakah termasuk golongan kanan (penghuni surga) atau masuk golongan kiri (penghuni neraka).
Astaghfirulloh, ya Allah …ampunilah dosa kami, berilah kami petunjuk ke jalan yang lurus, tetapkan kami dalam agama-Mu sampai ajal menjemput kami, aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Yang benar datang dari Allah SWT, yang salah datang dari ane al-fakir, wallohua’lam, wassalamu’alaikum wR wB.
Kang nanya, kl org sukanya ngomongin hadits tp koq kelakuannya berkebalikan sangat jauh,apakah sm spt yg dibahas dsni?
https://ninja150ss.wordpress.com/2016/06/19/kritikan-pedas-dari-pangeran-iyik-kepada-atpm/
khusnudzon saja, barangkali ia baru sanggup menyampaikan tapi belum mampu melaksanakan
doakan mungkin suatu saat, dia insyaf dan melaksanakan apa yg ia sampaikan
Amiiiin…
Dan perlu dipahami, bahwa semua ilmu, apapun itu adalah bagian dr syariah Alloh…jadi harusnya belajar llmu apapun pasti akan ingat Alloh Sang pemilik semua Ilmu….
semoga saja begitu
tapi perlu disadari bahwa
1. syaithon tidak akan tinggal diam, ia akan membungkus kedzoliman sehingga tampak sepeti kebaikan, dan sebaliknya syaiton akan membungkus kema’rufan sehingga kelihatan jelek.
2. juga sifat hawa nafsu manusia yang cenderung memilih sesuatu yang nikmat dan mudah, akan menjadi daya tarik untuk menyesatkan
Nah krn itulah maka diperlukan “kesadaran” sadar bahwa tidak ada apa2 selain Alloh, hakikat tauhid yg jarang dipahami umat Islam…
hakikat cenderung tersesat tanpa syareat yg benar. itulah fungsi turunnya para nabi. menegakan syareat yg benar.
Hakikat, syariat, ma’rifat itu satu kesatuan yg gak bisa dipisahkan gan, makanya semua nabi mengajarkan dalam ilmu tasawuf, tinggal umatnya masih dalam level yg mana pemahamannya, wAllohu a’lam…
Ilmu itu adalah landasan iman, dan syarat untuk beriman adalah berilmu karena ilmu itu adalah Al-Quran.
jadi pada hari ini kita tidak menjalani islam dengan buta.
Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.(Q.S Al Hajj:54)
PhD, Pinter Habisin Duit ya?? 😀
Teringat teman saya…anak2nya Doctoral lulusan Amerika..ditinggal wafat ayahnya.diwariskan uang milyaran cuma sayangnya 1pun anaknya tidak ada yg tau tata cara sholat jenazah itu gimana.
Naudzubillah.