[MotoGP] Confirmed, Yamaha Menyatakan Kerusakan Engine M1 Karena Over-Rev dan Kelemahan ECU

free rear wheel

Assalamu’alaikum wR wB

Salam sejahtera buat kita semua semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan

Investigasi yang cukup komprehensif terhadap engine yzr-m1, dengan didukung oleh semua data telemetri, telah dilakukan oleh yamaha motor co., ltd (ymc). Dan secara resmi pinpinan proyek ymc, Kouji Tsuya menyatakan bahwa :

Kerusakan mesin m1 milik rossi di mugello diakibatkan oleh putaran mesin yang terlalu tinggi.

Seperti yang dilansir motomatters.com kemarin, berikut cuplikan tulisannya

kouji tsuya statement mugello 2016[sumber]

Jadi menurut mereka kerusakan engine yzr-m1 baik milik lorenzo maupun rossi, disebabkan oleh sebab yang sama. Bukan karena kerusakan komponen engine atau strukturnya, akan tetapi karena putaran yang terlalau tinggi. Pertanyaannya adalah :

Bukankah di ecu ada limiternya, dan para insinyur yamaha sudah tahu batas maksimal putaran engine m1 ?

Ternyata mapping yang diterapkan di ecu 2016, sama dengan 2015. Hanya saja pada ecu seragam yang baru, kecepatan respons saat putaran engine mencapai limiter “terlambat”. Sehingga batas kecepatan putaran engine yang ditentukan insinyur yamaha terlampaui, alias over rev.

Katanya terjadinya over rev, karena sirkuit mugello memiliki straight yang panjang dan ber-“bukit”. Sehingga memungkinkan motor motogp melewatinya sambil terbang (rear wheel free) tanpa mengendurkan throttle sedikit pun (wot 100%). Akhirnya, saat itu (saat terbang) putaran engine menjadi “tiba-tiba” sangat tinggi, karena ban belakang sesaat tanpa beban. Kenaikan puatan yang tiba-tiba inilah yang tidak mampu diantisipasi oleh ecu yang sekarang digunakan, maklum ecu yang “payah” mirip dengan ecu motogp jadul.

Dan pendapat ini diamini oleh Valentino Rossi sendiri saat diwawancara

rossi on mugello issue[sumber]

Lalu bagaimana dengan motornya lorenzo, apakah tidak over rev, padahal rossi tidak mampu menyalipnya di straight ? Ternyata motor lorenzo sedikit lebih lambat dibandingkan rossi, topspeed rata-rata 5 lap terakhir sebelum engine m1 rossi meleduk, rossi 342.52 kpj sedangkan lorenzo hanya 340.5 kpj.

Menurut motogokil, barangkali mekanik lorenzo sudah memperkirakan bahwa meledaknya engine m1 lorenzo karena over rev, sehingga limiter diturunkan 50-100 rpm. Sedangkan mekanik rossi memiliki persepsi yang berbeda, rusaknya engine m1 lorenzo karena umur/sudah waktunya. Sehingga saat motor terbang, putaran maksimum yang dicapai oleh m1 lorenzo dan rossi berbeda, rossi lebih tinggi sedikit.

Dan karena hampir semua motor motogp di-setting pada kondisi yang ekstrim (puncak), maka lewat sedikit saja dari batas, langsung meleduk, meskipun hanya lewat 100 rpm. Mengapa engine marquez (rc213v) dan dovi/iannone (gp16) tidak terjadi masalah tersebut ? Jawabannya berbeda

Menurut motogokil, hal tersebut tidak terjadi pada engine rc213v dan gp16 karena :

  1. rc213v memang di-setting lemot, karena terlalu liar, agar lebih mudah dikendalikan. Terlihat saat straight tidak pernah mampu mengalahkan m1
  2. gp16 menggunakan sistem katup desmodromic, yang kemungkinan floating-nya sangat kecil. sedangkan m1 meskipun menggunakan katup pnumatic, tetap saja pada kecepatan tertentu akan mengalami bounce dan floating.

Al hasil karena ecu terlambat mengantisipasi terjadinya over rev pada engine yzr m1, maka terjadilah benturan antara klep/katup dan piston. Biasanya akan terjadi klep bengkok dan piston bolong.

valve piston failure

Sehingga oli akan masuk ke ruang bakar, dan terbakar menjadi asap putih.

vr46 m1 smoked

Lebih dan kurangnya mohon maaf, semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wR wB.

 

34 Komentar

  1. Mk nya bro MtGokil dulu disaat th 2007 ducati setting ECU dg putaran mesin mncapai 21-22rb rpm yg lain sampai saat ini msh tdk berani smpai sgitu, shg yamaha ma honda minta regulasi pembatasan ptaran mesin tdk boleh mlebihi 19rb rpm dg alasan demi keselamatan rider,,dan langsung ditanggapi diberlakukan per2008,,
    nah skrg tahu kan alasannya??
    Resikonya dah jelas meleduk kan?
    , alasan keselamatan rider itu hoax sbnrnya, wg rider jg tahu lho resiko balapan itu bisa fatal bahkan mninggal..
    Hanya ducati yg berani set ptaran mesin 21-22rb rpm sampai” tiap habis race Oli mesin motor C Stoner tinggal separo dr normalnya..

    • inget juga bro, tahun 2007 saat itu juga tidak ada batasan berapa stroke minimal yang dipake mesin motoGP, makanya tiap2 pabrikan bebas menenetukan sendiri brapa strokenya, kalo sekarang kan diameter piston dibatasi 81 mm artinya jika dikalkulasikan stroke paling pendek ya 48,5 mm CMIIW. Ducati Desmosedici yg 990 cc aja strokenya 42,56 mm dg diameter piston 86 mm, ada kemungkinan waktu itu 2007 dg regulasi 800cc stroke ducati malah lebih pendek lagi, dikombinasikan dg desmodromic valve, sehingga bisa menggapai 20an ribu RPM. Regulasi saat ini yg mengatur diameter piston maximal 81 mm supaya lebih merata kemampuan tiap2 pabrikan, kalo ngga dibatasi maka yang di untungkan adalah pabrikan yang pake konvigurasi engine V karena bisa pake piston berdiameter sebesar-besarnya dan stroke sependek-pendeknya buat mengail power gede dan RPM tinggi, sedangkan engine inline 4 kayak Yamaha dan Suzuki saat ini/ kawasaki di masa lalu bakalan membuat lebar motor makin melar kesamping jika pakai diameter piston yang semakin besar. tapi bagusnya Inline 4 ane pikir biaya riset dan developmentnya lebih bisa dihemat daripada mesin V, makanya seperti kata Om Matteo Guerinoni, Suzuki bisa bagus karena “mencontek” seperti apa yang sudah dilakukan Yamaha saat ini, dan itu fakta 😀

    • Bukan komen yang sok pintar atau sok menggurui atau yg gimana mas bro, namun komen-komen yang berdebat tentang teknis semacam ini IMHO justru bagus, dalam artian para komentator dalam menuliskan komentarnya di kolom komentar ngga asal bunyi asal bicara, lebih ke diskusi teknik walau ada unsur perdebatannya, tapi lebih mending daripada komen2 yang berbau BC, saling ejek-mengejek, kata2 yang kurang sopan dsb ala sales dan para FB itu.

  2. Awal musim ngakunya ni ecu cocok bgt, krn yamaha udah pake beberapa tahun silam. Adaptasi sama mr rossi jg ga susah. Skarang blgnya ecu bermasalah. Piye toh?

  3. aprilia & suzuki yg akhir2 ni gabung motogp, make ecu yg sama, motor2 lain pun juga demikian sama aja ecu nya,
    ( okelah beda di seting & optimasi trgantung kcanggihan tukang seting & engineer yg di hire oleh masing2 team.)

    software-electronic yg sama, balapan pada sirkuit yg sama
    melalui menit2 yg juga sama saat race & pra race
    mnghadapi bagian dari sirkuit (yg bumpy ) yg juga sama,
    namun 2 yamaha factory jg sama2 emng lg gak luck, mesin sama sama berasap hanya beda timing saja
    jl 99 pra race
    vr 46 saat race,
    yet yamaha bersikeras/bersikukuh itu biang keroknya adalah ecu marelli, nah mesin team lain kok ga berasap?

    kok pede banget menimpakan kekurangan internal kpd pihak lain/entitas lain,
    mbok bilang saja confidential atau mmbutuhkan investigasi yg tidak singkat, itu kalau misalnya dgn mmbeberkan fakta akan jadi ajang umbar aib-cacat, siapapun bsa paham lah buatan manusia ga ada yg smpurna.

    • Emang sirkuit sama, ecu sama. Tapi satu yg ente lewatkan, power yamaha di mugello lebih gede, bahkan ducati pun yg di bawa iannone cm sanggup finish di posisi 3 gak sanggup ngejar marquez yg dimana power marquez udah disunat agar lebih smooth saat di betot

      Jadi wajar mesin yamaha engine blow karna saat melewati sirkuit yang bumpy, ban belakang wheelie, beda dgn team lain yg dimana power gak sebesar M1

      • lha katanya pnggunaan counter rotating & crossplane nya masao furusawa bisa mbuat karakter engine garpu lebih smooth dibanding yg lain dan mesin garpu sbelumnya, bahkan Doctor VR (yg entah mungut gelar itu dari mana) jg di awal uji-prkenalan mesin inline crossplane dgn Counter rotating ini kan bilang ni motor brasa lelet, tapi catatan laptime nya cepat, mungkin tpatnya bukan lelet namun lebih smooth & linear semata dibanding mesin sbelumnya.
        its an inline 4 anyway for cryin out loud.
        yg lain ga wheelie dan ga ngalamin permukaan bumpy gitu?
        kaya gatau gaya si MM kalau pas belok ban blakang ngangkat skian cm dari tarmac aja bro.
        terbukti mesinnya baik aja tuh.

        • maaf pak ane noob, tapi menggaris bawahi ban mm belakang ngangkat tapi mesin g meleduk soalnya bukan pas gas pol 100%(krna masuk tikungan) udah itu tok 🙂

          • ya saya kira siapapun mengeluarkan 100 % ya mas, itu kan balapan, cepet2 an, ada celah susul, ada space kejar-salip. dan saya kira durabilitas uda diperhitungkan sesuai peruntukannya, ini GP berarti speed dan laptime jadi prioritas,
            beda dgn balap endurancem selain cepet2 an juga skaligus uji ketahanan mesin.
            saya pikir anda cukup cerdas lah untuk apakah memang harus sedemikian memihak-membela kpd rider yg mesin motornya trbukti ngebul

      • Tapi satu yg ente lewatkan, power yamaha di mugello lebih gede, bahkan ducati pun yg di bawa iannone cm sanggup finish di posisi 3 gak sanggup ngejar marquez yg dimana power marquez ,..
        dari statement elo yg gw kutip diatas, kira2 bgmn gw bisa mnemukan korelasinya?
        apa saya sliwer?
        klausul 1:power yamaha di mugello lbh gede (ok)
        klausul 2 : bahkan ducati pun yg di bawa iannone cm sanggup finish di posisi 3 gak sanggup ngejar marquez (what?)
        jadi sbnernya yg di kejar ian itu yamaha yg berpower gde, apa MM yg berpower disunat?
        catatan, duc’s riders so far mendominasi lho di urusan top speed apalagi kalau udah ketemu lurusan yg panjang,.
        jadi which part of your statement yg bisa punya keterkaitan dan bs buat gw manggut2 nih?

  4. system pneumatic lebih tinggi RPM yg bisa dikail pak, karena mengandalkan high pressure nitrogen gas (about 300psi) sebagai pengganti spring, sedangkan desmodromic mengandalkan mekanisme mekanik untuk mengerakan klep.

    mengenai batas RPM yg bisa diraih ane copas dari formula1-dictionary.net

    If in a racing application a normal valve spring engine had an upper rpm limit of about 10,000 rpm, that same engine design when equipped with a Desmodromic valve actuation system would be capable of 15,000 rpm, and much more power. With pneumatic system there is practiclay no limit (actualy is around 25.000 RPM-s).

      • Pneumatic valve control became so compact and reliable that MotoGP motor racing start to use it. Well, all except Ducati with his desmodromic valve actuation. Pneumatic valve springs debut was in 2002 with the Aprilia RS3 Cube. In 2005, Team Roberts was the first to use pneumatic valves full time in their uncompetitive KTM powered bike. Today, almost all of the MotoGP teams use pneumatic valve technology on their bikes, including Yamaha, Suzuki and Honda.

        Here on the picture left you can see valve actuation with pneumatic “spring” on Yamaha YZR M1 MotoGP engine during 2011 season.

        pneumatic valve di F1 malah udh jadi standar pak, renault malah udh research controlled electro hydraulic valves using no camshaft, tp ngga bisa diaplikasikan di variabel valve timing adalah ilegal di Fi

  5. Yamaha gimana sih, kan dah lama pake magneti marelli.
    Musim ini yamaha paling di untungin kan karena dah lama pake ecu magneti?

    • Ya kalo batasan maximal diameter piston adalah 81 mm maka artinya jika yamaha memaksimalkan diameter piston sesuai regulasi di motor M1-nya maka jika dicari kalkulasinya strokenya ketemu sekitar 48,5 mm mzbro, kalo dihitung pake rumus volume tabung maka total cc-nya sekitar 999,2 cc 🙂

1 Trackback / Pingback

  1. Prinsip Kerja Piston dan Segala Permasalahannya | Rider, Mechanic, Engineer, Researcher

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan