Sebelumnya ane ingin menyampaikan bahwa ane Iwan Fadila pengasuh blog motogokil ini, menulis artikel tentang ngaji Islam, bukan karena ane lebih berilmu, bukan juga karena sudah banyak amal sholih nya. Ane sebagai manusia biasa yang penuh kekurangan dan dosa, masih jauh dari maqom ‘alim dan sholihin. Artikel ini ane tulis semata-mata ingin manjalankan perintah Allah SWT : “…saling menasehati di dalam kebenaran dan saling menasehati di dalam kesabaran. Juga perintah dari Rosululloh SAW : “…sampaikan dariku walau satu ayat”.
Bulan suci Romadhon tersisa 4 atau 5 hari lagi, dan patutlah kita bertanya pada diri kita masing-masing dari 25 hari puasa yang sudah kita lakukan :
Apakah kita mendapat manfaat dari puasa kita ?
Apakah kita merasakan kenikmatan ibadah (puasa, sholat malam, membaca Al Qur’an dan lain-lain) di bulan romadhon ini ?
Kalau jawaban kita adalah : Yaa, seperti puasa-puasa kemarin, biasa saja, cuma aus dan lapar.
Berarti ada yang salah dengan puasa kita. Alias puasa yang kita lakukan salah prosedur, tidak mengikuti SOP yang diberikan oleh Allah dan Rosul Nya. Tidak memenuhi syarat dan rukunnya sehingga hasilnya tidak sesuai harapan.
Atau bahkan kita tidak mempunyai harapan apa-apa dari puasa kita ini, selain cepat selesai dan lebaran ???
Jika seperti ini diri kita, maka ketahuilah bahwa kita telah sakit. Iman kita telah sakit dengan sakit yang sangat parah. Dan diperparah dengan ketidak sadaran kita, bahwa iman kita sedang mengalami sakit, mengalami kerusakan dan menuju kehancuran.
Mari kita lihat ilustrasi sederhana dari SOP puasa romadhon yang menghasilkan orang yang bertaqwa (muttaqin)
Dari diagram blok di atas maka sudah pasti bahwa yang Allah SWT perintahkan untuk berpuasa adalah orang dengan katagori muslim. Yang non muslim tidak diperintahkan dalah syari’at Islam. Kemudian untuk dapat lulus dalam ujian “Puasa di bulan Romadhon”, setiap muslim harus punya tiket masuk yang namanya “Iman”. Karena hanya yang memiliki tiket Iman yang akan mampu menempuh ujian puasa ini dengan harapan sukses menjadi seorang yang bertaqwa. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Baqoroh ayat 118 :
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS. Al Baqarah 183).
Jadi kalau kita tidak punya tiket Iman untuk memasuki ujian puasa di bulan Romadhon, jangan harap akan bisa menghasilkan ketaqwaan.
Ibarat seorang rider yang ingin memilki SIM C, tapi tidak punya KTP. Mau daftar di polres saja sudah ditolak, bagaimana ia bisa tes (tulis dan praktek) jika ujian saja tidak diizinkan. Apalagi mendapatkan SIM, sangatlah jauh panggang dari api.
Kemudian mungkin ada yang bertanya
“Memangnya ada seorang muslim yang tidak beriman ? “
Banyak bro, karena iman bukan cuma di hati, akan tetapi harus diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan. Jika perkataan dan perbuatan menyelisihi syari’at yang dibawa oleh Rosululloh SAW, maka itulah tanda bahwa mereka tidak beriman. Sekarang marilah kita periksa diri kita masing-masing, apakah ada IMAN pada diri kita, sebelum kita terlalu jauh mengharapkan kenikmatan beribadah di bulan Romadhon atau lebih jauh lagi ingin menjadi orang yang bertaqwa.
Apakah Iman itu dan apakah kita termasuk orang yang beriman ???
Iman memilki definisi sebagai berikut
“Kabarkanlah kepadaku tentang iman!” Rasulullah menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”(HR. Muslim no. 9)
Itulah iman yang harus ditanamkan didalam hati seorang muslim.
Lalu apakah iman yang ada di hati sudah cukup, sehingga kita dinyatakan sebagai mukmin ?
Belum bro, masih jauh karena wujud iman tersebut harus diuji eksistensi. Jika tidak maka iman yang seperti itu hanyalah sekedar kamuflase, yang merupakan sifat orang kafir dan munafik. Perhatikan Firman Allah SWT di dalam Al Qur’an ini :
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. Ali Imran: 60-61)
Seperti inilah iman nya orang munafik, hanya di mulut saja. Ketika diajak untuk taat kepada syari’at Allah dan Rosul-Nya, mereka menjadi penentang yang paling kuat, dan menghalangi orang lain untuk taat.
Sekarang mari kita periksa apakah perilaku kita seperti ini atau tidak ?
Jika jawabannya mungkin seperti ini,
“Ya tidak sampai seperti itu lah, kita mah santai saja. Tidak menentang juga tidak menghalangi orang lain untuk taat menjalankan srari’at Islam”.
Baik jika begitu mari kita uji iman kita dengan beberapa ayat-ayat atau hadits test iman. Jika sesuai dengan test ini, maka in sya Allah kita termasuk hamba Allah yang beriman. Mari kita mulai…
Test 1
Rosululloh SAW bersabda :
“Tidak (sempurna) keimanan salah seorang di antara kalian sampai aku lebih dia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mungkin kita akan berkata, aku mencitai Allah dan Rosululloh SAW melebihi cintaku kepada orang-tuaku, anak-anak ku dan seluruh manusia. Baik maka perkataan ini harus dibuktikan dengan suatu sikap dan perbuaatan yaitu mengikuti apa yang diperintah oleh Rosululloh SAW, seperti termaktub dalam AL Qur’an :
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)
Jadi kalau kita tidak taat kepada Rosululloh SAW (mengikuti sunnah2 nya), tidaklah mungkin ia cinta kepada Allah yang menciptakan kita, apalagi cinta kepada Rosululloh SAW tidak akan bisa. Bagaimana bisa cinta jika tidak mau taat. Dan jika tidak cinta kepada Rosululloh SAW, maka itulah tanda bahwa kita tidak beriman.
Salah satu bukti konkrit yang baru saja terjadi adalah :
Apakah kita lebih mementingkan nonton siaran langsung motogp sachsenring 2015, ketimbang sholat ‘isya dan sholat tarawih berjama’ah ?
Kalau kita mementingkan sholat ‘isya dan tarawih berjama’ah demi mendapatkan keutamaan ibadah di bulan romadhon dan demi mengharapkan ridho Allah SWT, maka in sya Allah masih ada iman di hati kita.
Test 2
“Orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Anfal: 2)
Mari kita instropeksi, apakah ketika kita mendengar ayat-ayat Allah SWT kemudian ini yang terjadi pada diri kita
- Hati kita merasa takut kepada-Nya ketika mengingat-Nya, yang dengan sebab itulah maka dia akan melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya
- Bertambahnya keimanan mereka tatkala mendengar dibacakannya al-Qur’an
- Menyerahkan segala urusan dan bersandar kepada Allah semata
Atau biasa-biasa saja, masuk telinga kiri keluar telinga kanan ? Jika kondisi kita demikian maka kita wajib istghfar, dan kembali kepada Allah SWT. Karena kita telah hampir kehilangan iman di hati kita.
Test 3
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu lagi, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al Hujurat: 15)
Apakah kita masih ragu terhadap kebenaran Islam ? Maukah kita memperjuangkan tegaknya kebenaran Islam dengan harta dan jiwa?
Jika saat ini kita jadi muslim, tapi tidak mengenal syariat Islam dengan baik dan benar, pasti kita akan ragu, apalagi jika dibenturkan dengan fahan kapitalis, liberal, komunis dan lain-lain. Atau malah lebih parah kita tidak kenal syari’at Islam dan kita cuek saja (acuh tak acuh), masa bodo’. Jika kita dalam kondisi yang demikian maka yakinlah bahwa iman dalam diri kita dalam kondisi menuju kehancuran tanpa kita sadari.
Sesungguhnya masih banyak indikator mengenai kondisi keimanan diri kita. Seperti yang dinyatakan dalan sebuah hadits berikut :
“Iman itu ada 60 lebih (atau 70 sekian) cabang. Iman yang paling utama adalah [ucapan] laa ilaaha illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, sedangkan malu termasuk cabang dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi jika kita belum bisa merasakan nikmatnya bulan Romadhon, barangkali kita sudah hampir kehilangan iman kita. Iman kita tidak mampu memenuhi 3 test di atas, apalagi tes-tes yang lain. Mungkin kita masih punya iman akan tetapi iman kita setipis embun, yang ada ketika malam dan hilang ketika siang. Bagaimana mungkin dengan kondisi ini kita bisa menjalankan puasa dengan berbekal iman yang setipis ini ? Apalagi mengharapkan hasil yang paling baik, yaitu menjadi orang yang bertaqwa ???
Akan tetapi selama kita masih bernafas, kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya. Kita harus segera taubat dengan sebenar-benarnya taubat, menyadari kesalahan kita, menyesal tidak akan mengulanginya dan bei’tikad kuat untuk memperbaikinya. Seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an :
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53).
Ahir kata, marilah kita optimalkan ibadah kita di sisa Romadlon tahun ini. Dengan cara bertaubat dan mohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa kita sehingga iman kita semakin turun dan hampir hancur. Kemudian manata hati kita, meningkatkan keimanan kita dan memperbaiki amalan kita sehingga kita berasakan kenikmatan iman dan puasa kita serta ibadah-ibadah lainnya. Dan kita berharap dengan sangat, semoga Allah SWT memantaskan kita untuk mencapai derajad muttaqin seperti yang dijanjikan-Nya.
Yang benar datangnya dari Allah SWT dan yang salah datangnya dari diri ane sendiri
Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum wR wB.
subhanallah mantap pak dosen,mungkin ane salah satu orang yg sudah tipis sekali iman nya. ane ngerasa banyak bgt yg ane sia siakan di bulan ramadhan ini,terlalu sibuk oleh kepentingan duniawi.
langsung terenyuh hati ane membaca artikel pak dosen. semoga sisa ramadhan kali ini bisa fokus ibadah
Maaf sekali kang saya sering jalan ke. Suatu daerah di mana daerah itu memang mungkin bisa dikata 99% muslim tapi pengalaman saya pas bulan puasa saya ketemu guru ngaji/ustad di daerah itu kok jarang puasa bukan kayaknya tidak puasa apa mungkin dia masuk dengan orang yang tidak beriman padahal beliu guru ngaji anak yang nota bene harus memberi contoh pada anak didiknya dan tidak cuma seorang saya kadang sangat sedih melihat ini semua,cuma sorban aja yang kelihatan islaminya harus gimana kang saya ..?
coba saja dipastikan tanya langsung ke yang bersangkutan
karena kalau dia ada uzur yang syar’i (misalnya : safar atau sakit parah), tentunya ia boleh tidak puasa
Nikmat itu kalau korupsi ga edannnn bang..semua daerah ini korupsi!!!!! bak pohon semua bagian daerah buah busukkkk..pemimpin agama swharus nya tanamkan bahwa korupsi itu super dosaaaaaa besarrrrr..JANGAN pernah lakukan..korupsi membuktikan GA ada namanya sdr di indonesia..semua diperlakukan sbg saudara korupsi GA ada..baru itu menang..
“GA” apaan ya?
Perasaan nggak lagi ngomongin korupsi ?
meskipun kalau dicari hubungannya ada juga dengan puasa
tapi ane bingung baca komen ente
ya ane jg sulit cerna tulisan akun sdr buka mata, mohon kalo komen pake bahasa baku, biar kita semua paham apa yg dimaksud…
Lanjutan yang tadi bang soalnya disitu kebanyakkan tidak mementikan puasa saya ga bisa sebut daerah,yang guru ngaji anak anak merokok makan saya lihat dan satu lagi hasil kumpulan zakatnya kenapa dimakan sendiri dan berasnya dijual maaf soalnya aku masih awam masalah beginian
kalau menurut ane, mereka masih kurang memahami hukum syari’at Islam yang shahih
dan jika mereka sudah mengamalkannya sejak lama, berarti mereka sudah berhenti belajar mendalami Al Qur’an dan Sunnah
Artikel adem, keluarin artikel motogp.,biar para fb tempur…hehehe
Disaat bulan ramadhan sudah mau usai, selama 26 hari kebelakang apa saja yg sdh kita lakukan, berapa hari tdk puasa, berapa malam tidak solat tarawih, berapa kali solat malam, sudahkah bersedekah !, yg jadi pertanyaan akankah kita bertemu dengan bulan ramadhan lagi ditahun depan ???
gimana mau nikmat ramadhannya
jika imam shalat tarwih
ngajak ngebut melulu
kualitas dikorbankan demi kuantitas
….
orang berpuasa juga semakin “kurang dihormati”semenjak pemerintah mengeluarkan statemen meracau ttg org berpuasa
kita di indonesia umumnya beragama
hanya mengandalkan semangat tanpa dibarengi ilmu yg benar
…
hasilnya ramadhan cuma jadi ritual
tanpa mampu memberikan bekas yg berarti terhadap peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan