Sikap Seorang Mu’min Terhadap Pandemi Covid-19

Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa baroaktuh
Semoga Allah senantiasa menyelamatkan kita semua dan semua orang yang kita cintai dari wabah penyakit dan juga dari segala mara bahaya di manapun kita berada, aamiin yaa robbal ‘aalamiin.

Sudah hampir 4 bulan wabah virus corona (covid-19) menghantam dunia diberbagai aspek kehidupan. Dan sekaligus menjadi momok yang mematikan di sebahagian negara yang memang sedang dilanda covid-19, seperti amerika serikat, spanyol, italia, inggris, jerman dan negara-negara lainnya. Semua kegiatan yang biasanya berlangsung memenuhi segala aspek hidupan, tiba-tiba hilang, berganti dengan kegiatan “diam di rumah”, demi memutus rantai penularan virus corona dari orang lain ke diri kita, atau sebaliknya.

Tidak semua orang mampu berdiam diri di rumah, ada yang terpaksa karena harus mecari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga, ada juga yang memang karena “bandel” tetap keluar rumah untuk tetap memenuhi kesenangan hidupnya bersama teman-teman di luar rumah. Konsekuensi dari kedua aksi ini (diam dan eluar rumah) sama-sama menimbulkan dampak yang signifikan, yaitu ::

  • Diam di rumah : menjadikan hampir semua kegiatan ekonomi berhenti. Karena pabrik tutup, pariwisata tutup, hotel tutup, kantor tutup dan banyak sekali kegiatan ekonomi yang di “off” kan untuk sementara. Akibat bagi orang kaya berbeda dengan orang miskin, orang kaya tinggal menggunakan cadangan kekayaannya untuk tetap tinggal di rumah, sedangkan orang miskin bisa kelaparan jika tidak ada yang memperhatikan
  • Keluar rumah baik karena terpaksa, maupun karena bosan dan ingin bersuka-ria di luar rumah, menjadikan kemungkinan terpapar virus corona semakin besar. Dan inilah yang sangat ditakutkan karena secara tidak sadar dapat pula menulari orang yang memang sudah berusaha tinggal di rumah

Jadi wabah virus ini memberikan 2 pilihan sulit bagi individu maupun suatu negara, yaitu ekonomi hancur seperti negara-negara ini

atau kemanusiaan yang hancur (banyak manusia tidak bersalah yang mati jadi korban keganasan virus corona ini).

Lalu bagaimana seorang mukmin mensikapi keadaan ini ?

Banyak sudah ustadz dan ulama yang memberikan pembekalan kepada kaum muslimin dalam menghadapi permasalahan ini. Karena hal sama (covid-19) juga terjadi dua kota suci yaitu mekah dan madinah, sehingga masalah ini merupakan masalah faktual dan fatwanya pun faktual. Berikut ini beberapa fatwa yang dapat iwf simpulkan :

Memurnikan tauhid

Semua kaum mukminin harus menetapkan di dalam hatinya, bahwa Allahurobbul’alamin, Allah pencipta segala sesuatu termasuk virus corona beserta kejadian-kejadian yang menyertainya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.” [Az-Zumar/39 : 62]

Dan apa yang ada dan yang terjadi di dunia ini tidak luput dari ilmu dan pengetahuan Allah. Baik mengenai ukurannya (kadarnya) maupun apa hikmah yang terkadung dalam suatu benda maupun suatu kejadian. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“…Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” [An-Nisa’/4 : 111].
“Ilmunya Allah meliputi segala sesuatu.” [At-Thalaq/65 : 12]

Dan semua kejadian-kejadian baik yang kecil maupun yang besar, semuanya sudah tertulis di dalam lauhul mahfudz ribuan tahun sebelum dunia diciptakan.

Siapa saja yang akan tertular virus, siapa yang tidak dan siapa yang mati sudah ditentukan oleh Allah. Bahkan Allah tahu jumlah total seluruh virus corona yang ada  di dunia ini dan kegiatan virus corona satu-persatu mulai dari muncul sampai matinya.

Jadi semua yang sudah ditetapkan Allah untuk terjadi, maka pasti akan terjadi, tepat pada waktunya, dengan ukuran yang tepat pula. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Dan kunci-kunci semua yang ghaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Allah. Allah mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [Al-An’am/6 : 59]

“Tidak kah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” [Al-Hajj/22: 70]

Dan begitu pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah Qalam (pena), lalu Allah berfirman kepadanya : ‘Tulislah ! Ia menjawab : ‘Wahai Rabbku apa yang harus aku tulis ?’ Allah berfirman : ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya Kiamat.”

[HR Abu Dawud (no. 4700), shahih Abi Dawud (no. 3933), at-Tirmidzi (no. 2155, 3319) Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah (no. 102), al-Ajurry dalam asy-Syari’ah (no. 180), Ahmad (V/317), Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 577), dari Sahabat Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu ‘anhu, hadits ini shahih]

Berdasar dalil di atas, maka kaum mukminin akan tenang dan ridlo, karena susungguhnya semua yang ada dan yang terjadi sudah merupakan ketetapan dari Allah subchanahu wa ta’ala.

Instropeksi diri dan bertaubat

Terkadang musibah yang menimpa diri kita, adalah merupakan akibat dari dosa-dosa yang kita perbuat. Baik yang terkait dengan hubungannya dengan Allah maupuna dengan sesama manusia dan alam sekitar. Perhatikan firman Allah :

“Dan apa saja yang menimpa kamu dari kebaikan, itu dari Allah. Dan apa saja yang menimpa kamu dari kejelekan, dengan sebab dosa-dosa kamu. Dan Kami utus untuk manusia seorang Rasul. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” [ An-Nisa/4: 79].

Sehingga dengan musibah tersebut, tersadarlah kaum mukminin untuk bersegera memohon ampun kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya :

“Dan sungguh Kami telah mengutus Rasul-Rasul kepada umat-umat sebelum engkau kemudian Kami siksa mereka dengan menimpakan kemelaratan dan kesengsaraan agar mereka memohon kepada Allah dengan kerendahan hati.”  [Al-An’am/6: 42]

“Dan apa saja yang menimpa kamu dari kebaikan, itu dari Allah. Dan apa saja yang menimpa kamu dari kejelekan, dengan sebab dosa-dosa kamu. Dan Kami utus untuk manusia seorang Rasul. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” [An-Nisa/4: 79]

Dengan demikian, adanya bencana dan musibah bagi seorang mukmin, akan menjadikannya segera mengingat Allah. Segera introspeksi mengenai kesalahan apa saja yang telah ia lakukan selama ini. Terkadang kesalahan tersebut berupa perbuatan (melakukan maksiat), terkadang pula kesalahan tersebut berupa pembiaran (membiarkan perbuatan maksiat terjadi) dan terkadang pula kesalahan tersebut merupakan lalai/meninggalkan kewajiban (tidak melakukan kewajiban perintah agama).

Berusaha

Orang yang beriman bukan orang yang bodoh yang melalaikan sebab-sebab untuk mendapatkan kebaikan, keselamata dan kemenangan. Karena berusaha juga merupakan perintah syari’at yang benar dalam menjauhi dan menghadapi segala bencana dan musibah. Dalam sebuah kisahnya, Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu ketika akan memasuki Syam (baru sampai di Saragh), dikabarkan di sana ada wabah. Setelah bermusyawarah kemudian Umar memutuskan untuk tidak masuk Syam. Waktu itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah,

“Kenapa Umar, kok kamu lari dari qadar Allah?”
Kata Umar, “Kita lari dari qadar Allah menuju qadar Allah (lainnya).”

Kemudian Abdurrahman bin ‘Auf menyampaikan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” [Muttafaqun ‘alaihi]

Jadi syari’at Islam mengajarkan bagaiman bersikap ketika berada di luar atau di dalam daerah yang merebak wabah penyakit. Jika berada di luar, jangan memasuki daerah tersebut. Dan jika berada di dalam jangan keluar dari daerah tersebut. Dan inilah menjadi prinsip dasar dari mekanisme “lockdown” pada daerah yang terpapar virus corona saat ini.

Selain itu juga ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk menangkal keburukan-keburukan yang mungkin akan mengenai diri kita, diantaranya :

  • Makan 7 butir kurma azwa setiap pagi. Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam pernah bersabda: “Barangsiapa yang pertama kali dimakamkan di pagi hari yaitu 7 kurma Ajwa, maka tidak akan membahayakannya sesuatu apapun pada hari itu baik sihir maupun racun.” (HR. Bukhari dan Muslim).
    Juga beberapa obat lainnya.
  • Berdo’a kepada Allah, karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
    “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” [Al-Baqarah/2 : 186].
    Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    “Doa bermanfaat terhadap apa yang sudah menimpa dan/atau yang belum menimpa. Karena itulah, wahai sekalian hamba Allah, hendaknya kalian berdoa.” [HR At-Tirmidzi (no. 3548), Al-Hakim (I/493), Shahih al-Jami’ish Shaghir (no. 3409), dan Hidayatur Ruwat (no. 2175].
    Salah satu doa yang diajarkan oleh Rosululloh adalah :
    “Tidak ada seorang hamba yang membaca setiap pagi dan setiap sore
    بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
    (dengan nama Allah, tidak akan membahayakan dengan menyebut namaNya sesuatu apapun di bumi dan di langit, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) 3 x, maka dia tidak akan ditimpa bahaya apapun.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
    Dan do’a-do’a lainnya.

Yang juga termasuk usaha adalah mengikuti anjuran pemerintah dalam mencegah penularan virus corona lebih lanjut. Beberapa hal mungkin berbau kontroversial, akan tetapi sikap seorang mukmin adalah taat pada aturan pemerintah (ulil amri) selama tidak bermaksiat kepada Allah. Karena yang demikian itu termasuk ajaran syari’at Islam, sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa: 59)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Setiap muslim wajib mendengar dan taat (kepada pemerintah), baik dalam hal yang dia suka maupun dia benci; kecuali jika dia diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, dia tidak boleh mendengar dan taat.” (HR. al-Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 1839)

Beberapa himbauan pemerintah dalam rangka physical distancing adalah meliputi kegiatan-kegiatan berikut :

  • Hindari kerumunan dengan tinggal di rumah saja. Hal ini termasuk himbauan untuk tidak sholat berjamaah di masjid, karena dikhawatirkan terjadi penularan virus corona antar jamaah
  • Kalaupun harus ke luar rumah gunakan protokol yang sudah ditetapkan yaitu

Sesungguhnya bagi orang mukmin wfh ataupun lockdown dan sebagainya, bukan merupakan sesuatu yang baru. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Dunia itu penjara bagi mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Ahmad 8512 & Muslim 7606)

Jadi merasa terpenjara adalah fitrah bagi orang beriman, alias sudah biasa.

Bersabar dalam berusaha da berobat

Jika memang seorang mukmin tidak bisa menghindar dalam suatu daerah yang kemungkinan besar akan terpapar suatu wabah (virus corona), maka selanjutnya adalah bersabar. Karena dengan bersabar, seorang mukmin yang tertimpa wabah dan mati dengan tetap di tempat tinggal, wabah tersebut menjadi rahmat baginya, ia akan mendapatkan ganjaran syahid dari Allah seubhanahu wa ta’ala.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata, aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tha’un, lalu Beliau memberitahukan:

Tha’un ialah adzab yang Allah turunkan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan bahwasannya Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi kaum mukminin. Tidak seorangpun yang terserang penyakit tha’un kemudian dia tetap diam di daerahnya dengan sabar dan mengharap ganjaran dari Allah, dia mengetahui bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya, kecuali dia akan mendapat ganjaran seperti orang yang mati syahid.” [HR. Al-Bukhari (no. 3474, 5734, 6619), Ahmad (IV/252), dan an-Nasaa-i dalam Sunanul Kubra (no. 7483].

Dan bersabar memang merupakan sifat yang melekat pada seorang mukmin. Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya baik dan itu tidak dimiliki kecuali seorang yang beriman. Jika ia mendapatkan kebaikan ia bersyukur maka itu baik baginya. Dan apabila dia ditimpa keburukan dan ia bersabar maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim).

Dan tentu saja sambil berusaha mendapatkan obat dari wabah penyakit yang dideritanya. Karena Allah menciptakan penyakit bersama dengan obatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya.”
[HR Al-Bukhari (no. 5678) Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu].

“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan (obat) yang haram.” [HR Ad-Dulabi dalam al-Kuna wal Asma’]

Dan tentu seja dengan tetap menjaga keyakinan bahwa semua kesembuhan datangnya dari Allah, karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“…dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” [Asy-Syu’ara’/26 : 80]

Bertawakal kepada Allah

Setelah semuanya kita lakukan, yang terakhir adalah kita bertawakal kepada Allah. Karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.” [At-Taubah/9 : 51]

Kalaupun dari musibah ini kita mengalami kehilangan, entah kehilangan mata pencaharian, kehilangan teman, kehilangan keluarga dan kehilangan lainnya maka sesungguhnya semua itu adalah milik Allah. Dan semua akan kembali pada Allah, kita hanya dititipi saja. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al-Baqarah/2:155-157]

Mungkin saat ini kita belum mampu mengambil hikmah dari semua kejadian ini, maka itu karena kemampuan pikir dan nalar kita yang terbatas. Maka kita harus berkeyakinan bahwa semua memiliki ibrah dan pelajaran. Siapa yang bisa memahami ibrah, hikmah dan pelajaran tersebut akan mampu menjadikan hidupnya lebih baik, di dunia maupun di akhirat.

Bagi mas bro dan mbak sis yang memiliki kelebihan tentunya bantuannya sangat bermanfaat untuk kondisi saat ini, yaitu :

  • Menyantuni tetangga miskin yang terdampak sangat berat ekonominya akibat status wfh (work from home) yang ditetapkan pemerintah
  • Membantu pengadaan apd untuk tenaga kesehatan
  • Membagikan masker gratis bagi yang belum memakai, karena saat ini ada oknum jahad yang memainkan harga masker sehinggan menjadi sangat mahal

Kesimpulannya adalah seorang mukmin tidak perlu panik dan takut yang berlebihan dalam menghadapi wabah virus corona. Karena semua sudah merupakan ketentuan Allah. Yang perlu dilakukan adalah upaya-upaya baik pecegahan dan pengobatan, sesuai dengan standar kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Selebihnya tinggal pasrahkan semua kepada Allah.

Semoga Allah menyelamatkan kita semua dalam melewati masa-masa wabah pandemi virus corona ini, aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Be the first to comment

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan