Mengapa Transisi dari Kendaraan Bensin/Solar ke Kendaraan Listrik (Electric Vehicle) Terasa Sangat Lambat ?

Assalamualaikum warochmatullohi wabarokatuh

Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan.

Dalam artikel sebelumnya iwf tuliskan beberapa keunggulan teknis dari kendaraan elektrik / electric vehicle (ev), yang seharusnya menjadikannya dapat berkembang dengan pesat. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Ternyata meskipun sudah berumur lebih dari 100 tahun sejak kemunculannya, ev terlihat terseok-seok pertumbuhannya.

Banyak pengamat memberikan beberapa penyebab nya, yang intinya adalah ev ‘sengaja dihambat’ perkembangannya. Pennghambat-penghambat ini ternyata tidak disangka-sangka adalah komponen kunci dunia otomotif itu sendiri,  yaitu :

  1. Pengusaha/pabrik kendaraan
  2. Media masa
  3. Investor
  4. Politisi

Keempat faktor ini saling berkaitan dan berputar pada poros kepentingan yang sama yaitu ‘uang’. Sangat mudah difahami jika kita mengetahui dampak merugikannya jika ev berkembang dengan pesat dalam waktu singkat. Berikut iwf coba gambrkan secara singkat dampak nya :

Pengusaha Otomotif 

Sampai saat ini para pengusaha otomotif sudah mengeluarkan tenaga, dana dan fikiran yang tak terhingga besarnya dalam mengembangkan kendaraan berbasis ic (internal combustion) dengan bahan bakar minyak bumi. Banyak sekali yang terlibat dalam produksi nya. Meliputi banyak pabrik,  ribuan patent, jutaan buruh, ratusan insinyur, ribuan triliun uang. Jika ev berkembang pesat dan mendominasi, maka semua yang iwf sebutkan akan muspro alias sia-sia tidak berguna.

Tentu saja hal ini akan sangat merugikan dan seharusnya dihindari pengusaha. Kalau pun perkembangan ev tidak bisa dibendung, maka sebisa mungkin dihambat. Semakin terhambat semakin baik, karena pengusaha masih terus bisa mengambil keuntungan dari sisa-sisa kejayaan kendaraan konvensional.

Maka pengusaha otomotif akan melakukan beberapa tindakan yaitu :

  1. Tidak membuat ev yg lebih hebat dari ic vehicle.
  2. Membuatnya terasa mahal bagi konsumen.
  3. Hanya ditujukan pada market yg kecil.
  4. Tidak mem-blowup kelebihan ev dibandingkan ice.
  5. Menjelaskan keterbatasan ev yg meliputi batere, kecepatan pengecasan, stasiun pengecasan umum dan lain-lain.

Intinya pengusaha tetap berusaha membuat dan mengembangkan ev. Akan tetapi hanya sebagai tahap antisipasi, bukan untuk segera dipasarkan untuk mengambil alih icv (internal combustion vehicle). Karena jika sampai ev mengambil alih market icv dengan cepat,  pengusaha otomotif akan :

  • Menutup banyak pabrik icv
  • Mem phk banyak buruh
  • Menutup banyak diler
  • Menambah investasi untuk ev dan segala aspek yg terkait dengannya,  yang totalnya hampir sama dengan investasi icv.
  • Dll masih banyak lagi.

Jadi tetap saja pengusaha otomotif nggak mau rugi. Ev akan menghanguskan banyak investasi dari icv. Jadi jika icv dan segala aspeknya masih menguntungkan, jangan buru-buru mengeluarkan ev yang mampu mengalahkan icv.

Untuk media masa, investor dan polotisi menyusul di artikel berikutnya. Tapi bagi pembaca yang sering membaca perkembangan ev pasti mampu memahami nya. Sekali lagi, kesemuanya berpusar pada ‘uang’.

Mohon maaf jika ada salah dan kurangnya. Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.

3 Komentar

  1. Menurut saya memang kurang bijaksana jika langsung melakukan perpindahan dari icv ke ev. Akan banyak gejolak dan yg paling sengsara kembali rakyat kecil. Pengusaha emang rugi tapi mereka punya tabungan yg cukup untuk menunggu sampai kondisi stabil. Tapi buruh kecil bener2 harus mulai dari awal lagi…

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan