Motor Sport 600CC Berguguran Menghadapi Regulasi EURO 4, Mengapa ?

Assalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh

Salam sejahtera untuk kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan

Setelah honda cbr600r tumbang, diskontinyu, akhirnya suzuki gsxr600 juga tumbang. Rumor yang paling santer adalah disebabkan tidak mampu memenuhi standar emisi euro4 yang harus diterapkan di tahun 2019 ini. Akan tetapi jika ditelusuri alasan produk motor super sport ini tumbang bukan hanya masalah standar emisi, ternayata cukup kompleks mencakup performa, teknologi, harga dan juga daya serap pasar.

Pada dasarnya basis motor-motor super sport sudah berumur cukup tua. Jika ditinjau dari update engine terakhir maka masing-masing motor tersebut terlahir pada tahun : 

  • Honda cbr600rr tahun 2003
  • Suzuki gsx r600 tahun 2004
  • Triumph daytona 675 tahun 2006
  • Yamaha yzf r6 tahun 2006
  • Kawasaki zx 6r tahun 2013

Semua kecuali kawasaki zx 6r adalah motor super sport dengan engine lawas. Yang mana jika dipaksa mengikuti standarisasi euro4 harus ada ubahan yang banyak dan menjadi tidak efisien. Apalagi jika beberapa tahun selanjutnya harus memenuhi euro5, tambah tidak efisien lagi. Karena untuk memenuhi standar euro4 (padahal sebelumnya sudah memenuhi standar euro3) ubahan yang harus dilakukan adalah :

  • Mengganti pemurni gas buang dari jenis 2 way catalytic converter  dengan jenis 3 way catalytic converter close loop [nanti akan iwf ceritakan lebih detil dalam artikel lainnya]
  • Merubah profil camshaft untuk menggeser posisi power dan torsi puncak ke putaran yang lebih rendah [akan juga iwf bahas lebih detil dalam artikel lainnya]
  • Aplikasi throttle  by wire (TBW) untuk menjamin pasokan udara yang presisi
  • Perubahan total maping pengapian dan injector karena disesuaikan dengan tambahan masukan dari tbw dan 3 way catalytic converter close loop system.

Akibat ubahan ini, memberikan efek penurunan tenaga dan kenaikan bobot motor. Otomatis pwr juga turun dan berdampak signifikan pada penurunan  akselerasi. Untuk mengatasinya harus dilakuakn peningkatan kubikasi ruang bakar dan penurunan bobot motor. Dua ubahan tambahan ini tentu saja menjadikan pabrikan keberatan, sehingga memilih untuk mendiskoninyu (menyuntik mati) ketimbang harus mengupgrade motor.

Apalagi jika ditambah penjualan motor yang kurang signifikan jumlahnya (menurun), menjadikan pabrikan merasa rugi untuk mempertahankan dan meng-upgrade model tersebut. Jadi bukan hanya sekedar masalah kemampuan pabrikan dalam menghadapi regulasi euro4, tetapi lebih pada hitungan ekonomis (keuntungan) pabrikan [sambil membayangkan bagaimana mungkin honda menghentikan produksi cbr600rr, padahal motor ini mensponsori moto2, dan merupakan turunan dari rc211v].

Bisa dijadikan contoh adalah ninja zx 6r, yang didisain tahun 2013 yang saat itu belum euro4. Ketika euro 4 diberlakukan padanya, maka terjadi :

  • Powernya turun 1.3 ps
  • Bobotnya naik 2 kg

Menurut iwf, hal ini lebih banyak disebabkan oleh aplikasi 3 way catalytic converter pas zx 6r, untuk memenuhi standar emisi euro4.

Jika motor-motor super sport 600 cc lainnya ingin mememnuhi standar emisi euro4 dan bersiap menyambut euro5, maka hal yang sama harus dilakukan layaknya kawasaki ninja zx6r. Bagaimana tidak motor yang baru didisain di tahun 2013 saja harus mengalami dampak sedemikian rupa ketika akan mengikuti standar emisi euro4, apalagi motor yang jauh lebih tua ?

Mari kita perhatikan bersama apa perbedaan antara euro3 dan euro4, sehingga memberikan “teror” bago motor-motor tua supersport 600cc.

Penurunannya gas emisinya lumayan besar, penurunannya minimal 40%. Konsentrasi Gas CO (carbon mono oxide) pada euro4 turun 43% dibandingkan euro3, gas HC (hydrocarbon) turun 43.3% dan gas NOx (nitro oxide) turun 40%. Seperti halnya di motogp meningkatkan performa yang sudah mendekati optimal membutuhkan usaha yang sangat besar, begitu pula dengan meningkatkan kebersihan emisi dari euro3 ke euro 4.

Apalagi ada tambahan kriteria berikutnya, seperti SHED (Sealed Housing for Evaporative Determination), aplikasi OBD (On Board Diagnostics) dan durability test, menjadikan motor tua semakin sulit memenuhi standar tesrsebut. Ketimbang meningkatkan keandalan motor tua yang peminatnya sudah jauh menurun, mending membuat motor baru yang fresh yang memiliki pangsa pasar yang lebih menjanjikan.

Mohon maaf jika ada salah dan kurangnya. Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wa rochmatullohi wa barokatuh.

3 Trackbacks / Pingbacks

  1. 3 Way Catalytic Converter Close Loop Sistem Andalan untuk Memenuhi Standar Emisi Euro 4 | MOTOGOKIL
  2. Engine Supersport 600 CC Memang Sulit Memenuhi Euro 4, Bawaan Lahir. | MOTOGOKIL
  3. Aplikasi Variable Valve Timing pada Engine Motor, Adakah Hubungannya dengan Euro-4 ??? | MOTOGOKIL

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan