[MotoGP] Melalui Unifikasi ECU, Dorna Bisa Kontrol Penuh MotoGP

magneti-marelli

Assalamu’alaikum wR wB

Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan

Aplikasi satu ECU untuk semua tim di motogp tahun 2016 nanti, akan memberikan dampak yang signifikan bagi beberapa komponen di motogp. Diantaranya :

  1. Bagi tim pabrikan hal ini merupakan kesulitan baru, tertama bagi pabrikan mendevelop sendiri ECU. Jadi ada kerjaan tambahan, selain mendevelop engine, juga harus memahami cara mengotimalkan ecu yang ditetapkan dalam men-setting motor.
  2. Bagi tim non pabrikan, hal ini merupakan keuntungan, karena paling tidak ECU yang digunakan sudah setara dengan tim pabrikan
  3. Bagi dorna sebagai penyelenggara motogp tentunya benyak mendapat keuntungan, selain mendapat fee dari penyedia ECU juga dapat menciptakan balapan yang lebih seru karena gap performa antara tim pabrikan dan non pabrikan sedikit berkurang.

Sebenarnya apa sih yang diatur pada ECU sehingga bisa menjadikan suasana motogp menjadi berubah secara signifikan ???   …Berikut ini beberapa prinsip yang ditentukan pada penggunaan ECU tunggal :

  1. Sebuah software ECU tunggal resmi ditetapkan untuk mengontrol engine dan sasis wajib bagi semua mesin
  2. Hardware ECU resmi diwajibkan untuk semua mesin
  3. Semua sensor dan alat pengambilan data (acquisition device) yang dihubungkan ke  ECU harus terhomologasi ( baik untuk pemasok, harga dan ketersediaan sama rata untuk semua tim) , dengan pengecualian sebagai berikut :
    • Sensor yang belum dihomologasi diizikan digunakan pada saat test dan latihan bebas. Hanya sensor yang terhomologasi yang diizinkan digunakan saat kualifikasi dan race
    • Setiap produsen boleh mencalonkan satu sensor tambahan untuk semua tim. Sensor yang dipilih diizinkan digunakan dalam kualifikasi dan race. Sensor ini harus terhubung ke ECU dan sinyalnya hanya untuk datalogger internal, dan bukan untuk mensiasati pengontrolan engine dan sasis. Hubungan sensor tersebut ke ECU harus dapat diverifikasi dan disetujui oleh direktur teknik (technical director)
  4. Terlepas dari sesnsor yang terhomologasi, akan didaftar alat-alat yang bebas terhubung melalui CAN BUS dengan ECU. Alat-alat yang dibebaskan adalah termasuk :
    • Aktuator (fuel injector, ignition coil, motor elektronik, koil aktuasi, pompa bensin)
    • Alternator dan regulator terkait/powerbox
    • Dashboard
    • Platform inersia
    • Perkabelan
    • Dan perangkat khsus lainnya
  5. Dan lain-lain masih banyak lagi persyaratan bagi alat-alat lainnya seperti kalibrator, datalogger eksternal yang diperbolehkan akan diperiksa oleh panitia.

Klenger dah tim pabrikan. Tahap develop software basic menjadi software yang cocok untuk motor + pembalap, akan menemui banyak kesulitan karena beberapa hal, yaitu :

  • Bagaimana jika sensor dan aktuator yang ditetapkan dorna, belum pernah dipakai sebelumnya ?
  • Bagaimana jika sebelumnya, untuk mengoptimalkan setingan motor membutuhkan lebih banyak sensor dari yang sudah ditetapkan ?
  • Para insinyur sebelumnya tidak menggunakan ECU tersebut (magneti maralli) tentunya lebih sulit lagi dalam beradaptasi untuk mendevelop software jika dibandingkan dengan tim yang sebelumnya telah menggunakannya.

Terlepas dari solusi yang ditawarkan oleh pemasok ECU untuk semua tim, dengan mengakomodir semua keinginan tim motogp, masih ada lagi masalah yaitu :

  1. Betapa mudahnya dorna lewat pemasok ECU membatasi performa motor di motogp, melalui pembatasan performa setiap komponen yang digunakan dalam membangun ECU. misalnya clock, kecepatan transfer, kapasitas memori, kecepatan adc/dac, akurasi dan lain-lain
  2. Belum adanya jaminan bahwa data yang terekam pada memori tidak akan bocor ke tim lain.
  3. Belum adanya jaminan tidak terjadi remote control yang dapat dilakukan dalam mengintervensi kinerja ECU.

Bukankah kita mengetahui, bahwa selian olah raga, motogp juga hiburan. Dan kita juga tidak menutup mata, bahwa ada perjudian besar dibelakang even motogp. Apakah tim pabrikan tidak khawatir bahwa akibat kepentingan judi, hasil akhir balapan bisa ditentukan dengan adanya unifikasi ECU ini ? Semoga saja tidak.

Dalam bayangan motogokil, acara balapan bisa bercampur dengan spionase. Sabot menyabot data dan remote kontrol dalam meningkatkan atau menurunkan performa lawan sangat mungkin terjadi. Secara elektronik semuanya bisa dilakukan, dan secara elektronik pula semua itu bisa ditangkal. Sehingga akan terjadi pertempuran di dalam pengembanagn ECU standar motogp, mencegah kebocoran data dan mencegah intervensi kontrol dari luar. Jadinya bukan adu kuat kelihaian pembalap dan performa motor saja, akan tetapi adu kuat dalam strategi elektronika.

Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wR wB.

35 Komentar

  1. Bagaimana jika sensor dan aktuator yang ditetapkan dorna, belum pernah dipakai sebelumnya ?

    sensor yang digunakan wajib terhomologasi. artinya, sudah diproduksi dalam jumlah yang banyak dan semua tim dapat mengakses (membeli). sensor yang terhomologasi otomatis sudah pernah dipakai dan diuji.

    Bagaimana jika sebelumnya, untuk mengoptimalkan setingan motor membutuhkan lebih banyak sensor dari yang sudah ditetapkan ?

    setahu saya regulasi tidak membatasi “jumlah” sensor yang digunakan. tapi membatasi “jenis” sensor yang digunakan. selama sensor memenuhi ketentuan sensor yang ditetapkan, tim bebas menambah jumlah sensor.

    Para insinyur sebelumnya tidak menggunakan ECU tersebut (magneti mineralli) tentunya lebih sulit lagi dalam beradaptasi untuk mendevelop software jika dibandingkan dengan tim yang sebelumnya telah menggunakannya.

    tidak masalah. karena regulasi yang digunakan bukan cuma “unified ECU” tapi juga “unified software”. software dikembangkan secara kolektif oleh semua tim yang ingin berpartisipasi. setahu saya pengembangan ECU dibekukan selama musim berjalan. jadi tidak ada keuntungan yang diperoleh tim yang belum menggunakan unified ECU selain data yang lebih abundan.

    Betapa mudahnya dorna lewat pemasok ECU membatasi performa motor di motogp, melalui pembatasan performa setiap komponen yang digunakan dalam membangun ECU. misalnya clock, kecepatan transfer, kapasitas memori, kecepatan adc/dac, akurasi dan lain-lain

    spek hardware yang digunakan sudah pasti disesuaikan dengan kemampuan komputasi yang dibutuhkan motor. signifikansi spek hardware ECU yang digunakan tidak sebesar signifikansi sensor, pemrograman, data dan tentu saja, spek motor. contoh: ducati dan suzuki musim ini menggunakan spek ECU yang sama. tapi performa motornya jauh berbeda.

    Belum adanya jaminan bahwa data yang terekam pada memori tidak akan bocor ke tim lain.

    terlalu mengada-ada. tim bisa mencek sendiri. untuk antisipasi modul memory bisa dilepas. jika masih ragu, ECU bisa dihancurkan setelah digunakan. toh ndak ada regulasi bagaimana ECU digunakan.

    Belum adanya jaminan tidak terjadi remote control yang dapat dilakukan dalam mengintervensi kinerja ECU.

    yang harus ditekankan, software yang digunakan setiap tim sama. setiap tim bisa mengakses source program yang digunakan. kalau ada sistem RC yang digunakan, 1. pasti terlihat di source code. 2. bisa terlihat dari adanya modul receiver yang terhubung ke unit ECU. secara teoritis sistemnya bisa dikembangkan, i.e: tim bisa merubah parameter setting yang digunakan, menyesuaikan dengan kondisi track. tapi karna motogp menggunakan “unified software”, hal semacam ini dapat dideteksi dengan mudah.

    • mungkin seperti inilah jawaban versi dorna

      tapi jawaban tersebut terdengar klise bagi orang yang sering berkecimpung dengan mikrokontroller. Apa sempat mendengar bagaimana vw dengan ecu canggihnya mampu membodohi pengujian emisi ala amerika yang terkenal sangat ketat ?
      kalau belum silahkan buka artikel ini
      https://motogokil.com/2015/10/06/hikmah-dibalik-skandal-tipuan-pengujian-emisi-vw-ada-gunanya-juga/

      masihkah kita berpikir hal tersebut tidak mungkin terjadi ?

      • kasusnya tidak bisa diperbandingkan. beda jauh. pertama, pada kasus vw, software yang digunakan propietary. hanya VW yang tahu source code program yang digunakan. logika pemrograman yang dipakai sebenarnya sederhana. tinggal masukkan satu variabel (kondisi : tes vs normal) ke dalam algoritma pemrograman. done. kedua, tidak ada perbedaan hardware yang digunakan. kecurangan yang dilakukan vw tidak bisa dideteksi dari luar. AFAIK kecurangan vw diketahui setelah software yang digunakan dibongkar dengan reverse engineering.

        untuk kasus unified software program yang dipakai open source, semua pihak yang berkepentingan bisa mengakses source code program yang digunakan. tidak ada yang bisa disembunyikan. proses verifikasinya mudah. tinggal cek kesesuaian port dengan sensor yang terpasang dan skema pemrograman. done.

        http://motogokil.files.wordpress.com/2013/06/diagramblokecu.jpg

        jika ada sistem RC yang terpasang pasti terlihat ada port tambahan selain sensor dan aktuator yang digunakan. belum lagi hardware yang digunakan pasti mencolok. modul receiver RC memiliki komponen khas. keberadaan modul semacam ini pasti terlihat mencolok. juga jangan lupa bahwa perangkat yang menempel di ECU harus diverifikasi dan dihomologasi sebelum digunakan.

        • bagaimana jika yang memasang komponen rc adalah magneti marelli sendiri atas kepentingan dorna, ada yang bisa tahu ???
          sangat sulit, karena komponen rc bisa dipasang terintegrasi dengan chip ecu, sedangkan antenna nya terintegrasi dengan body dan chasing yang mana didalamnya tertanam antenna microstrip yang tertutup oleh resin, ada yang bisa tahu ???
          dan alokasi bandwidth, serta encryption code dan algoritma juga hanya dorna yang tahu. ada yang bisa mendeteksi selain dorna dan magneti marelli ???

          jadi teringat saat server di unibraw mau di servis (mungkin ada trobel), eh ada beberapa agen FBI ikut campur dalam proses maintenance nya. Server punya sendiri, beli pake duit sendiri, ngapain coba agen FBI ikut2 ? tidak ada kata lain selain ada “sesuatu” yang ditananmkan di server tersebut, untuk apa ??? silahkan jawab sendiri….kira-kira begitulah maksudnya

          • bagaimana jika yang memasang komponen rc adalah magneti marelli sendiri atas kepentingan dorna, ada yang bisa tahu ???

            bisa. selama sistemnya terintegrasi dengan sistem kendali kan bisa terlihat klo portnya di list. klo di linux, semacam perintah “lspci”. tidak perlu cek hardware secara langsung. toh nantinya yan g buat software kan tim, bukan dorna. kalaupun hardwarenya ada, tapi klo tidak dimasukkan ke dalam pemrograman kan ya ndak kepake.

            teknologinya memang bisa dikembangkan kesana tapi AFAIK pembalap motogp gak suka sistem kendali jarak jauh semacam ini. soalne merusak ‘feeling’ motor. sistem komunikasi radio aja gak mau make ta? makane di motor disediakan beberapa alternatif settingan ECU. tim cuma menyediakan beberapa pilihan settingan ECU yang dipakai. keputusan penggunaan tetap ada di pembalap.

            terlebih lagi, dorna tidak punya kepentingan “nge-remote” pembalap. mosok dorna arep sabotase pembalap. yo ra mungkin. sekali lagi, yang buat program untuk ECU kan tim. apa tim pabrikan ki goblok banget sampe bikin sistem RC biar motorne bisa dibajak dorna. ya ndak kan?

            klo soal data, bisa diperoleh langsung dari tim secara legal. untuk kepentingan pengembangan software nantinya semua data akan dibuka. kan ya ndak mungkin mengembangkan software tanpa data. data yang ada terbuka buat dorna, tim, dan magneti marelli.

          • Kuroz programmer,?
            Alah Paling cuman modal google dibumbui rasa pamer nunjukin klw dya bisa coding, plus sedikit rasa militansi utk counter attack si author artikel aja. Real Programmer level “elit” kaga ptantang ptenteng, scara mesin EDC & infrastruktur (from scratch), jg bridging data center yg dioperasikan salah satu bank paling brpengaruh di jaringan -atm bersama- kerjaan gw & tim, bocah2 mulai dari analis, engineer, smpe softw. Developernya nya ga ada tuh yg kaya si kuroz. Temen kosan yg skrg direkrut utk dev. Avionic jet jg sama. Kyanya pd nerapin ilmu padi, dan ga mau ngucapin hal yg sifatnya judgemental & ga mungkin atas sesuatu klw nyatanya dy blm tau pasti. Apalagi smpe nypelein.

          • Ndak menyerang no…yang punya blog kan dosen, saya asumsikan terbiasa dgn diskusi kritis. Paparan saya buat poin per poin biar ndak terlalu menyebar. Kalimatnya pendek pendek biar gampang dicerna. Mungkin karna terlalu to the point, nada teksnya mungkin terkesan ‘menyerang’, tp saya yakinkan klo saya ndak ada maksud seperti itu :3

            Tadine saya berharap pak dos mau mengelaborasi lebih jauh. Makane ada banyak istilah teknis disitu. Juga biar yang lain mau urun rembug. Kan lumayan dpt ilmu baru

  2. Liat tahun depan.
    Jika memang yang dicita-citaken dorna membuat balapan lebih seru dan fair, maka itu artinye sembalap gacoan ane maverick vinales bisa bicara banyak.
    Sebagai fans ane kepingin liat vinales berjibaku lawan vr46 sebelum doi pensiun.

    Any kuesyen?

  3. perbedaan mencolok selama ini antara tim pabrikan dan open class adalah di elektronik. tim pabrikan punya 5 teknisi yang masing2 menangani seperti traction control,wheelie control, torque/engine braking control, fuel supply dll. sedangkan tim kecil hanya 1 atau 2 teknisi. seperti inertial platform terdiri dari sensor gyroscopic dan accelerometer yang canggih dipakai tim pabrikan. alat memonitor tingkah laku (attitude) dan motion (gerakan ) motor masuk dan keluar tikungan. canggih berarti lebih akurat dan responsif dari tim open class. seberapa akurat dan cepat alat tsb merespon ketika motor mulai menukik(pitch) ngerem untk masuk tikungan. disudut kemiringan berapa (lean) dan berapa besar force pada saat motor miring di sudut tsb. seberapa tepat dan cepat sensor anti wheelie merespon pada bukaan throttle yang diberikan dan pada gigi transmisi yg digunakan saat akselerasi. perbedaan nya akan cukup besar antara alat sensor elektronik tim besar dan tim open class.

    tujuan penyeragaman utk menyamakan performa elektronik antara tim besar dan tim lemah. tapi apa semuanya bisa sepakat? atau tim besar mau level electronic aids nya sama dg kompetitornya misalkan Honda dan Yamaha? sepertinya tim pabrikan gak ingin semua alat sensor diseragamkan atau dihomologasi. seperti yg kita sdh dengar kalau tim pabrikan minta inertial platform supaya dibiarkan tdk di seragamkan. sebagai free device. dan ini katanya bisa menjadi celah utk mereprogram software yg diunifikasi. yg tujuannya supaya parameter yg telah diset di software unifikasi tsb bisa dirubah lgi oleh tim. dan tentunya alat ini tetap bisa terjaga kerahasiaan spek nya (classified) dari tim rival.

    sperti kata ianonne, dg software unifikasi ini, motor jdi banyak wheelie dan ban belakang slide. pengaruh ke lap time yg jadi lebih lambat. tapi mungkin dg karakter motor seperti itu akan lebih seru dilihatnya. rider akan lebih banyak mengandalkan determinasi feeling nya.

  4. Ujung2nya saat nanti tim pabrikan merasa “dikebiri” (dan rider juga merasakan efeknya secara tidak langsung), akan sangat mudah bagi mereka utk ngambek dan gak lanjut ikut balapan.

    Dorna juga akan berpikir panjang, agar jangan sampai kehilangan “binatang sirkus” sbg mesin uangnya.

    Jalan tengahnya? Ya kompromi lah.

  5. menurut sy yg tidak faham, bahwa hal sperti itu bisa aja terjadi, tapi sampai tahan berapa lama supaya gak terdeksi?

    ada data logger yang merekam tingkah laku motor di lintasan. misalkan ada kejanggalan/anomali akan kelihatan oleh tim.

    yang paling merasakan adalah pembalapnya. apakah pembalap gak protes kalau ada penurunan performa mesin atau berkurangnya sensitifitas/respon dari inertial platform package? misalkan torque delivery yang terlalu besar di tikungan 5 dan tikungan 9. akibat gyroscope sensor tidak akurat menentukan sudut kemiringan motor yg kemudian ecu memproses data yg gak tepat, torsi yg keluar jadi berlebihan membuat ban belakang slide atau malahan motor jadi highside. atau wheelie sensor yang tidak bekerja semestinya. ban depan cenderung wheelie terus setiap akselerasi keluar tikungan. efeknya mengurangi lap time.

    misalkan ada konspirasi dg cara meng hack sistim ecu, pasti si rider akan merasakan dan teknisi tim akan mengetahui juga adanya anomali tsb. jadi tidak bisa lama tanpa terdeteksi.

    • kita sering melihat hasil telemetri tentang speed, throttle, brake, dan transmisi yang tampil di tv
      kira-kira sama dengan kebocoran data, yang satu legal dan yang satunya ilegal
      jika transmisi data bisa dilakukan, maka remote control juga bisa dilakukan, jika yang melakukan justru panitia siapa yang tahu ???
      itulah maksud dari “kontrol penuh”, yang secara elektronik sangat mungkin

      • beda masbro. sistem transmisi cuma membaca data dan mengirim ke server data. bisa jadi alatnya menempel/dekat ECU. tapi ini alasannya biar ‘ringkes’. sistemnya tetep terpisah dari sistem kendali dan ECU. klo sistem RC, beda. karena sistem RC terintegrasi dengan sistem kendali. memang sama-sama radio, tapi beda jenis dan aplikasi. klo soal data, dorna punya kewenangan untuk mengakses data secara penuh. ndak perlu ribet sampe nge-hack ECU. percuma juga. wong alatne ndak ada disitu.

  6. jangan lupa juga dari semua yg Rumit dan Kasat Mata, semangat Sportifitas dalam berkompetisi past dijunjung Tinggi Pembalap dan Tim, lagian klo Bisanya cuma nyontek tidak akan pernah Maju. anggap A nyontek B dalam pembuatan tapi kemampuan Intelegensi Rider A tidak mkin sama dengan B.

  7. ya itu tadi menurut sy, si pembalap akan merasakan langsung efek perubahan dari performa motor di sirkuit. misalkn terjadi interference itu. lap time bisa berkurang siknifikan. kemudian misalkan tidak ada hal anomali dari data logger. apakah mekanik akan diam tidak mencheck lebih detail lgi?

    remote control tsb, tetap gak akan bisa tanpa ketahuan terlalu lama. apa lgi pembalap sangat sensitif terhadap tingkah laku (behaviour) motornya. ban depan mulai bergeser waktu nikung krena kurang grip. suspensi yg berubah, timbul efek chatter. apa lagi elektronik yg berhubungan dg performa untuk masuk dan keluar tikungan. si rider pasti merasakan. berkurangnya power atau torsi yg berlebihan pada saat miring di corner.

    taruhlah ecu di asumsikan rusak atau perlu di re program lgi. dan ternyata anomali itu terjadi lagi berulang-ulang. kemudian apakah tim, terutama tim besar akan diam saja? mnurut sy gak begitu. mreka orang2 yg ahli di bidangnya. pasti akan berpikir ada sesuatu yg gak beres terjadi.

    mnurut sy yg jdi keprihatinan adalah perbedaan cukup lumayan antara pabrikan dan tim lemah dalam hal bantuan elektronik. tim besar memiliki biaya untk optimalkan sebanyak-banayknya perangkat elektronik yang memberi efek gap cukup jauh pada wktu balapan. misalkan lorenzo atau marquez memakai motor open class, pasti akan ketinggalan.

    tujuan unifikasi sofware supaya gap antara tim besar dan tim lemah di sirkuit jdi bisa lebih dekat dan biaya yg lebih murah. walaupun katanya dg unifikasi sofware, tim besar krena punya bnyk source, tetap bisa memeras performa lebih lagi dari pada tim kecil.

    • Betul om, sedikit aja perubahan pasti bisa dirasakan ridernya. Secanggih apapun rc pasti ketahuan, setidaknya ada yg bisa lihat kode yg janggal.

      • harapannya sih, jangan sampai terjadi hal seperti itu
        hal ini ane sampaikan dalam bentuk artikel, karena “judi” bisa merubah permainan yang tadinya fair menjadi kacau
        masih inget pengaturan skor di liga italia ??? itu karena judi
        bagi yang pernah mengikuti kodrah, pilihan kepala desa, peran bandar judi sangat besar

  8. lha tulisan kayak gini, para sales pasti pada diem kang dosen, mereka tahunya cuman jualan n market share, babar blas nggak paham apa itu ECU, mikrokontroler, artficial intelegency,dll…
    para sales mgkin jika dijelasin masalah ecu n CDI aja yg ada di motor jualanya pasti nggak paham loh…. apalagi enginering motogp…wkk…..wkkk…

    • sebenernya motogokil sangat minat untuk membahasnya, kalau cuma posisi 1-2-3 satria-mxking-sonic kurang greget
      sayangnya belum ada bocoran spek motor satria, mxking maupun sonic150 yang dipakai
      kalau ada tentunya siip banget

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan