[Ngaji Ramadhan] Ketika Sampai di Penghujung Malam Ramadhan, Kaum Mukminin Bersedih

mukadimah4

Dulur-dulur, bro dan sis semua, tiba-tiba kita sudah berada di penghujung Bulan Suci Ramadhan. Sebahagian dari kita ada yang tidak perduli ada pula yang terlupa karena kesibukan mempersiapkan segalanya untuk hari raya ‘Iidul Fitri. Akan tetapi tahukah kita apa yang terjadi pada Junjungan kita, Rosululloh SAW dan juga para shahabatnya ketika berada pada penghujung Ramadhan seperti saat ini ???

Apakah yang dilakukan oleh Rosululloh SAW, manusia termulya, manusia yang dijadikan contoh oleh seluruh kaum muslimin, ketika berada di penghujung Ramadhan ? Inilah yang dilakukan oleh Beliau SAW dan juga para Shabatnya ra….

Rosulullah SAW bersedih dan berusaha memaksimalkan ibadah di akhir Ramadhan

Dari Ummu Mukminin Aisyah ra , Nabi Muhammad s.a.w pernah .bersabda:

“Adalah Rasululluh s.a.w. apabila masuk (tanggal) sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Baginda s.a.w. bersedih dan bersiap-siap menghidupkan (beramal) pada malam hari. (Riwayat Muttfaq Alaihi)

Rosululloh SAW kembali mengingatkan dan memotivasi umatnya, bahwa hanya di Bulan suci Ramadhan lah terdapat keutamaan-keutamaan yang tidak terdapat di bulan lainnya. Keutamaan tersebut adalah :

  1. Bulan penuh keberkahan
  2. Bulan diampuninya dosa-dosa
  3. Bulan ditutupnya pintu neraka dan dibukanya pintu surga
  4. Bulan dilipatgandakannya amal sholeh
  5. Bulan turunnya malam lailatur qadar, dan lain-lain [artikel]

Karena besarnya fadhilah dari bulan Ramadhan ini, sampai-sampai Rosulullah SAW bersabda,  Yang dituturkan Ibn Mas’ud ra:

“Sekiranya umatku mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadhan, niscaya umatku mengharapkan Ramadhan terus ada “sepanjang tahun ” (HR. Abu Ya’la, ath-Thabrani, dan ad-Dailami).

Bahkan kesedihan tersebut juga dialami oleh alam dan malaikat karena berlalunya Bulan suci Ramadhan. Seperti yang terungkap dalam hadits ini :

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”

Kemudian ada seorang sahabat bertanya, “Apakah musibah itu, ya Rasulullah?”
“Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan digandakan pahalanya, dan siksaan kubur terkecuali, maka apakah musibah yang terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?”

Sehingga ketika mereka memasuki detik-detik akhir penghujung Ramadhan, air mata mereka menetes. Hati mereka sedih. Karenanya, pada masa Rasulullah SAW, di setiap penghujung Ramadhan Masjid Nabawi selalu penuh sesak dengan orang-orang yang beri’tikaf. Dan di sela-sela i’tikafnya, mereka terkadang menangis, meneteskan air mata, sebab Ramadhan sebentar lagi akan segera berlalu meninggalkan mereka.

 

Para Shahabat RA. khawatir dan takut amalnya tidak diterima Allah SWT

Tumpahan air mata hamba-hamba Allah ini semakin deras. Selain bersedih karena akan segera berpisah dengan Ramadhan mereka juga bersedih karena khawatir amalan-amalan yang mereka lakukan selama Ramadhan tidak diterima oleh Allah SWT.

Kekhawatiran serupa juga menjadi kebiasaan para sahabat Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat, di penghujung Ramadhan, Ali bin Abi Thalib RA bergumam,

“Aduhai, andai aku tahu siapakah gerangan yang diterima amalannya, agar aku dapat memberi ucapan selamat kepadanya. Dan siapakah gerangan yang ditolak amalannya, agar aku dapat ‘melayat’nya.”

Selanjutnya Ali bin Abi Thalib RA mengatakan,

كُوْنُوْا لِقَبُوْلِ اْلعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامًا مِنْكُمْ بِاْلعَمَلِ أَلَمْ تَسْمَعُوْا اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَقُوْلُ : إِنَّمَا يَتَقَبَلُ اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ

”Hendaklah kalian lebih memperhatikan bagaimana agar amalan kalian diterima daripada hanya sekedar beramal. Tidakkah kalian menyimak firman Allah ’azza wa jalla,

إِنَّمَا يَتَقَبَلُ اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27).” (Lathaaiful Ma’arif: 232).

Itulah yang terjadi pada Rosululloh SAW dan para shahabatnya ra. Rosululloh bersedih karena akan berpisah dengan Bulan suci Ramadhan yang penuh keutamaan dan kemulyaan, sedangkan para shahabat bersedih, khawatir dan takut jika amal ibadah yang telah mereka lakukan  tidak diterima oleh Allah SWT. Mereka senantiasa merasa khawatir dan takut bahwa amalan yang telah mereka kerjakan dianggap masih banyak kekurangan dan kelalaian. Allah SWT telah menyebutkan karakteristik Shahabat RA ini dalam firman-Nya,

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Al-Mu’minun: 60).

Maka Rasulullah SAW menjelaskan karakteristik sahabat ini dengan sabdanya (menjawab pertanyaa A’isyah ra),

لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ

”Tidak wahai ’Aisyah. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, menegakkan shalat dan bersedekah akan tetapi mereka merasa takut amalan yang telah mereka kerjakan tidak diterima di sisi Allah. Mereka itulah golongan yang senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebajikan.” (HR. Tirmidzi, dengan sanad yang shahih)

 

Para ulama salaf, juga bersedih dan takut amalnya tidak diterima Allah SWT.

“ Sebagian ulama salaf menampakkan kesedihan di hari raya Idul Fitri, Seseorang kemudian bertanya kepadanya, “Sesungguhnya hari ini adalah hari bersuka ria dan bersenang-senang. Kenapa engkau malah bermuram durja? Ada apa gerangan?”

“Ucapanmu benar, wahai sahabatku,” kata orang tesrebut. “Akan tetapi, aku hanyalah hamba yang diperintahkan oleh Rabb-ku untuk mempersembahkan suatu amalan kepada-Nya. Sungguh aku tidak tahu apakah amalanku diterima atau tidak.” [Lathaif al-Ma’arif, Ibn Rajab al-Hanbali]

Oleh karena itu tidak heran, jika menjelang kepergian Ramadhan, para shalafus shalih selalu meneteskan air mata. Mereka bersedih karena akan segera berpisah dengan bulan mulia tersebut, padahal mereka masih sangat membutuhkan kehadirannya. Perjumpaan selama sebulan dirasakan belum cukup untuk meraih berbagai manfaat dan keberkahan Ramadhan.

Sehingga, dengan penuh linangan air mata, di lisan mereka terucap do’a yang merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali bulan Ramadhan. Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan :

“ Para ulama salaf, berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka disampaikan kepada bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa lagi selama enam bulan agar Allah mau menerima amalan ibadah mereka tersebut (selama di bulan Ramadhan) “

 

Bagaimana dengan kita ???

Hendaknya kita pun demikian, mencontoh Rosululloh SAW, para Shahabat RA. dan juga para ulama salafus salih rohimahulloh. Harusnya kita selalu berharap bertemu dengan bulan ramadhan, gembira saat kedatangan Ramadhan, mengoptimalkan ibadah saat Ramadhan dan berduka ketika Ramadhan akan meninggalkan kita. Karena sesungguhnya Bulan suci Ramadhan selain penuh keutamaan dan keberkahan, bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan. Dimana kita dilatih mengendalikan diri untuk sejenak menghindari yang halal demi mendapatkan ridho Allah SWT. Kalau kita telah mampu mengendalikan diri dari hal-hal yang halal, maka tentu saja seharusnya lebih mampu untuk mengendalikan diri dari hal-hal yang jelas-jelas haram. Inilah jalan menuju ketakwaan.

Rasulullah bersabda:

لاَ يَبْلُغُ الْعَبدُ أنْ يَكُونَ منَ المُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لاَ بَأسَ بِهِ، حَذَراً مِمَّا بِهِ بَأسٌ) رواه الترمذي)

“Tidaklah seseorang bisa mencapai derajad takwa, sehingga ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak apa-apa karena takut terjerumus kepada sesuatu yang berhaya.” (Hr. Tirmidzi)

 

Sedangkan  saat ini banyak kaum muslimin (mungkin juga termasuk ane dan kita semua) melakukan amalan yang sebaliknya. Kita tidak bersungguh-sungguh dalam ibadah dan menyia-nyiakan waktu di Bulan Ramadhan, sehingga ia berlalu begitu saja. Semoga kita termasuk golongan orang yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, Beliau bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ

“Banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Dan banyak yang melakukan shalat tarawih, juga tak dapat apa-apa kecuali hanya begadang saja.” (Hr. Ahmad)

Dan semoga Allah SWT menghindarkan kita dari “termasuk” golongan yang celaka, seperti yang disabdakan oleh Beliau Rosululloh SAW :

 

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

“Celakah seseorang yang Ramadhan datang kepadanya, kemudian (Ramadhan) pergi meninggalkannya sedangkan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Maka sudah seharusnya air mata ini bercucuran dan kian tidak terbendung, karena kita tersadar akan berbagai dosa dan kesalahan yang telah diperbuat dan khawatir kalau-kalau dosa ini tidak diampuni Allah SWT. Sehingga hari-hari terakhir di bulan Ramadhan ini (tinggal 1 hari), seharusnya kita habiskan untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Dengan do’a yang tiada putus, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada kekasihnya Ummul Mu’minin Siti Aisyah RA dalam menghabiskan malam-malam terakhir bulan Ramadhan,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan lagi maha pemurah, menyukai orang yang memohon ampunan, maka ampunilah aku.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Al-Hakim dan An-Nasai).

Terakhir, dalam linangan air mata di hari-hari terahir Ramadhan ini, terhatur pengharapan tertinggi kepada Allah, agar menyelamatkan diri kita dari ketersesatan dalam hidup ini, setelah datang hidayah dari-Nya.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

”Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. (QS. Ali Imran: 8)

Sekian dulu, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita dan merahmati kita semua. Yang benar datangnya dari Allah SWT dan yang keliru dan salah datangnya dari diri admin pribadi. Wallahu A’lam bish Shawab.

Ahirul kalam semoga Allah SWT menerima amal kita semua

taqobbal Allohu minna wa minkum

doa kafarotul majlis

 

Wassalamu’alaikum wR wB

[Semoga yang dalam perjalanan pulang kampung/mudik, dengan niat berbakti kepada orang tua, tetap larut dalam dzikir dan istighfar kepada Allah SWT. Dan semoga selamat sampai ke tujuan, Aamiin ya Robbal ‘aalamiin]

8 Komentar

  1. Bang, kenapa tidak ada sama sekali petunjuk siapa yang meneruskan nya? ada kelompok yang ikuti keluarga nya ada kelompok yang ikutin sahabatnya (syiah)..katakan sebelum meninggal dia belum kasih arahan,..nahhhhh jika memang dia sudah di surga kenapa tidak ada petunjuk/arahan nya sama sekali sehingga antara pengikutnya antara 2 kelompok tsb saling bantai????? serius..

    • Sudah ada petunjuk penerus beliau, yaitu ketika Beliau SAW sakit Abu Bakar RA yang ditunjuk untuk menjadi imam sholat. Sedangkan petunjuk untuk kehidupan yang benar adalah Al Qur’an dan As Sunnah dan semuanay sudah lengkap tidak kurang suatu apapun, selama kaum muslimim berpegang teguh kepada keduanya dan mencontoh para Shahabat RA dalam pengaplikasiannya, niscaya akan selamat.
      Mengenai kelompok syiah, menurut ane kelompok ini berdiri bukan karena urusan agama, akan tetapi masalah politik. Kelompok ini didirikan oleh Abdullah bin Saba, orang yahudi yang pura2 masuk Islam, kemudian merusak Islam dari dalam. Dan saat ini syiah adalah agama baru, bukan Islam, karena mereka bertuhan bukan Tuhannya Muhammad SAW, rukun imannya berbeda, tidak meyakini kebenaran Al Qur’an dan banyak penyimpangan lainnya.
      jadi kalau syiah memerangi Islam/ ahlus sunnah wal jama’ah, ya harap maklum karena mereka beraliansi dengan yahudi dalam banyak aspek agama mereka. Dan penghianatan syiah dan penumpahan darah ahlus sunnah oleh syiah sudah tidak bisa terbantahkan, karena tercatat jelas dalam sejarah.

  2. yahudi menghancurkan nasrani
    lewat agama kristen buatan paulus

    yahudi mencoba menghancurkan islam lewat syiah berkedok ahlul bait melalui tangan abdullah bin saba

    sekarang pemerintah karena kebodohannya memfasilitasi syiah (ijabi dan oase) untuk menghancurkan islam di indonesia

  3. Di artikel buat bikin adem, jgn bahas yg bikin ga adem lah.. Coba cari lapak lain aja. Atau silakan by pm. Karena memang bisa jadi ada beberapa conversation yg ga untuk umum. Yg kelihatan nanti bukan yg rahmatan lil ‘alamin nya

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan