Ergonomi dan Handling CBR150 Bagi Rider dengan Tinggi 165 Cm

tampak depan

Assalamu’alaikum wR wB

Salam sejahtera buat kita semua, semoga kita semua selamat di perjalanan sampai ke tujuan

Barangkali artikel kayak gini dah banyak, cuma ada sedikit tambahan aja yaitu ” bagi rider yang tingginya sekitar 165 cm”.

Tadi pagi setelah sholat ied, ane berburu pertamax untungnya sudah ada yang buka. Kelar ngisi tangki se jrigen (4 liter lebih), panasin dan ajak jalan2 keluar nih si “montok”. Setelah siap, sepatu ket-jaket-helm-sarung tangan, terus duduk “jleg”. Pendek bro, bagi ane yang tingginya sekitar 165cm, kaki masih nyaman dan kuat buat mundurin motor. Dengan menggunakan sepatu ket, kira2 kaki napak 70%, mungkin jika menggunakan sepatu boot bisa 100%. Seat high cbr150 lebih rendah dari NVL maupun P180, tapi lebih tinggi dari CS1. Tapi ini sifatnya subjektif, kadang meskipun tingginya lebih pendek dari 165 cm, kadanag bisa napak sempurna, bagi yang kakinya panjang.

Duduk sudah, begitu meu pegang stang,…jauh juga ya bro (apa tangan ane yang pendek ya?). Bagi ane posisi riding layaknya dah siap mau balapan, nunduk bro. Kalau dibikin agak tegak (bokong maju, “manuk” nempel tangki) malah nggak enak. Tapi kalo bokong agak mundur tepat pada daerah jok yang lebar, kok malah enak dan pas ya, meskipun lebih racie. Tapi posisi ini mengundang hasrat untuk mbetot gas dalem2 bro, awas jangan terpancing !

Mulai jalan, versneleng empuk banget, jauh lebih empuk jika dibandingan CS1, P180 dan NVL, dan nggak ada bunyi “cklak” saat maju dan mundur (apa mungkin karena olinya masih baru ya?). Dan ketika belok 90 derajat, baru digoyang dikit dah mau belok, jadi kaget, biasa bawa p180 dan NVL musti menggunakan sedikit couter steering pada tikungan yang sama. Rasanya kaya bawa CS1 cuma lebih berat aja, kalo kecepatan nggak pas, rasanya mau ambruk, bisa jatoh juga kalo kaki nggak siap.

Ketika sudah ada jalur lurus, mulai dah gas dibetot. Namanya juga jalan2, yang nggak kenceng2, maksimal 6000 rpm (kadang kelewat), dengan menggunakan semua gigi percepatan. Ternyata di gigi-6, 6000 rpm, masih berasa torsinya, tapi nggak ane terusin takut kelupaan bahwa niat awalnya buat inreyen. Untuk cerita yang full throttle, kapan2 aja nanti pas dah ganti oli di 500 km.

Catatan lainnya : suara knalpotnya kurang gahar, nggak cocok sama penampilannya.

Itulah sekilas test ride cbr150 bagi ane, rider dengan tinggi 165 cm. Bagi yang cocok dengan cerita ane, mungkin cbr150 bisa dijadiin kadidat motor pilihan. Bagi yang nggak cocok, mending pikir2 lagi untuk meminang cbr150, cobain dulu motor yang mau dipinang supaya pas di hati.

Semoga bermanfaat, wassalamu’alaikum wR wB.

15 Komentar

  1. tunggu hasil test lengkap aja deh…
    akselerasi 0-100m nanti dpt brp detik
    0-200m dpt brp detik pokoknya a2z dah bro gokil…

    😀

    ditunggu ulasannya

  2. emang gak di foto yaa pak ???? bagaimana ergonomi pak dhosen

    sekilas emang gitu senyaman nyamannya lebih nyaman bebek jupiter mx/supra dll …hhehehe
    bagaimanapun cbr tetep racy riding yg agak nunduk alhasil seperti artikel diatas biji bisa tetep natap tangki posisi tegak u/mencapai stang.
    kalau bokong agak mundur takut tangan kagok nyampai ke stang/kejauhan …hhehehe
    kalau ane lihat cbr posisi riding nanggung …xixixi

  3. sbenernya cara inreyen yg bener sperti apa sih ?karna buku manual sama servis blum dpet. saya jga bru 1minggu ini reyen cbr ahm. kalo dh diatas mtor bawaanya pengen betot2 selongsong gas trus alhasil keseringan main di rpm 8-10rb an. kira2 bermslah gk tar sama mesin nya ? oiy. bagi saya rider 165c ni motor sdah ckup nyaman yg pling saya suka suara mesinya halus bgt.

Semoga tercerahkan dan komen mas bro juga ikut mencerahkan